Liputan6.com, Jakarta - Gelaran Hari Belanja Nasional 2016 yang diselenggarakan pada 12-14 Desember 2016 telah berakhir. Selama tiga hari itu, ada 211 pelaku e-Commerce yang berpartisipasi dengan perkiraan total nilai transaksi mencapai Rp 3,3 triliun.
Menurut Direktur PT Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri, nilai transaksi itu naik 3,9 kali dibandingkan transaksi penjualan biasa. Berdasarkan survei Nielsen, nilai itu juga meningkat sekitar Rp 1,2 triliun dari penyelenggaraan tahun kemarin.
Baca Juga
Advertisement
"Temuan lain yang juga menarik adalah Harbolnas kali ini berhasil menarik pembeli dari kalangan kelas menengah dan bawah,"tuturnya saat pemaparan hasil Harbolnas 2016 di Jakarta, Selasa (19/12/2016). Hal itu dapat dilihat dari kenaikan jumlah pembeli yang berasal dari tingkat ekonomi (SEC) C dan DE.
Sama seperti tahun lalu, pengguna internet yang menyadari ada gelaran Harbolnas juga cukup tinggi. Ada 89 persen pengguna internet dari responden yang disurvei menyatakan tahu program Harbolnas seminggu sebelum digelar. Sumber informasi mengenai gelaran ini paling banyak berasal dari situs belanja online, media sosial, dan iklan digital.
Sementara untuk produk yang paling banyak menjadi incaran pembeli adalah fashion, gadget, dan peralatan elektronik. Namun yang menarik pada gelaran Harbolnas 2016 ini adalah peningkatan pembelian untuk kategori fashion, kosmetik, dan kebutuhan sehari-hari.
Informasi lain yang juga menarik adalah sebagian besar pengguna internet di Indonesia sudah mengenal gelaran Harbolnas 2016, dengan persentase mencapai 61 persen. Sebagaian besar pembeli pada gelaran ini juga telah memiliki rencana untuk melakukan pembelian saat Harbolnas berlangsung.
"Diskon menjadi alasan utama sebagian besar pembeli berbelanja di Harbolnas kali ini. Sementara biaya pengiriman gratis, voucher, dan cashback merupakan faktor lain konsumen membeli barang," tuturnya melanjutkan. Adapun survei Nielsen ini menggunakan metode panel online dengan pertanyaan terstruktur.
500 responden yang disurvei berasal dari 20 kota urban di Indonesia. Survei yang dilakukan pada 15 Desember 2016 ini menyasar pria dan wanita dengan umur 15 tahun ke atas dan memiliki akses internet.
(Dam/Cas)