Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Sepak Bola Thailand bekerja keras untuk membasmi penggunaan flare dan kembang api saat pertandingan sepak bola berlangsung. Kebiasaan ini juga telah menodai keberhasilan War Elephants merebut gelar Piala AFF 2016 di Rajamangala Stadium, Sabtu (17/12/2016).
Seperti dilansir thaipbs.or.th, Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT), pihaknya tidak menutup mata terhadap kebiasaan buruk suporter membawa flare ke dalam stadion. Mereka sadar, hal ini bertentangan dengan regulasi AFC yang membuat negaranya terancam denda.
Baca Juga
Advertisement
Karena itu FAT bertekad memburu para suporter yang telah menyalakan flare dan kembang api pada di Stadion Rajamangala, Sabtu lalu. Presiden FAT yang pernah menjabat sebagai kepala kepolisian Thailand, Somyot Poompanmoung meminta bantuan semua pihak untuk memburu para pelaku. Dia bahkan menyediakan total hadiah 300 ribu baht bagi yang bersedia memberikan informasi keberadaan mereka.
Masing-masing informan akan mendapat imbalan sebesar 30 ribu baht. "Kami tidak menutup mata mengenai masalah ini. Dan kami tengah menyiapkan hadiah sebesar 30 ribut baht bagi yang bisa memberi kami petunjuk dan kami akan menambah 30 ribu baht lagi bila daftar yang disampaikan kepada kami lebih dari satu," ujar Poompanmoung seperti dilansir SiamSports.
Sesuai kurs mata uang saat ini, 30 ribu bath senilai dengan Rp11,19 juta.
FAT memang menuai kritik atas aksi kelompok garis keras timnas Thailand yang membakar flare di leg kedua final Piala AFF 2016. Aksi ini berlangsung saat Thailand unggul 1-0 atas Timnas Indonesia. Meski segera dipadamkan oleh pihak kepolisian, namun rekaman foto yang sempat beredar membuat Thailand terancam sanksi. Banyak yang menyesalkan kenapa polisi tidak segera menangkap para pelaku.
"Kami ditanya, kenapa tidak segera menangkap pelaku saat itu juga. Kami sudah punya prosedur. Panitia telah menginstruksikan polisi tak berseragam di kedua grup suporter dan mereka semuanya. Namun untuk menangkap saat itu juga memang tidak dilakukan. Sebab itu akan berpotensi menimbulkan keributan yang lebih besar," beber Poompanmoung.
Penonton Terluka
Poompanmoung juga mendengar bila ada sejumlah suporter yang cedera terkena percikan suar yang menyala di Rajamangala. Dia meminta agar mereka mengajukan komlain kepada ke polisi.
"Dengan demikian, biaya perawatan merak bisa ditanggung para pelaku kalau sudah tertangkap," beber Poompanmoung.
"Polisi juga tidak menutup mata dengan masalah ini. Begitu juga dengan FAT. Kami sudah siap mengejar para pelaku. Saya tidak ingin melihat hal seperti ini kembali terjadi di lapangan sepak bola. Kami ingin mengeliminir semua kaos dari lapangan sepak bola dan menjauhkan fans bermasalah dan tidak kreatif dari lapangan," kata Poompanmoung menambahkan.
Flare tak hanya menyala di leg kedua final Piala AFF 2016. Pada leg pertama yang berlangsung di Stadion Pakansari, Bogor, suporter timnas Indonesia juga menyalakan flare. Kemungkinan maslaah flare yang dilakukan suporter kedua tim nasional ini akan dibahas dalam rapat AFC.
Advertisement