Liputan6.com, Jakarta Penurunan produksi dan sulitnya mendapatkan minyak dan gas bumi (migas) menjadi masalah yang harus dipecahkan. Salah satu solusinya dengan mengandalkan teknologi.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, penggunaan teknologi pada industri hulu migas telah dilakukan Amerika Serikat. Alhasil, teknologi mendorong produksi migas negara ini terus meningkat hingga dua kali lipat.
"Kemudian outlook ke depan untuk industri hulu, itu teknologi. shell oil shell gas teknologi. AS dalam kurun waktu 7 tahun, 2 kali lipat produksinya," kata Arcandra di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (19/12/2016).
Baca Juga
Advertisement
Menurut dia, teknologi ini yang akan menjadi tantangan Indonesia ke depan di sektor minyak dan gas. Sumur minyak tua secara alamiah akan terus mengalami penurunan produksi. Upaya untuk meningkatkan produksinya adalah dengan penggunaan teknologi.
"Balik ke kita, tantangan kita ke depan seperti apa. Indonesia juga tantangannya teknologi. Ladang kita yang existing itu sudah tua, produksi akan turun. Untuk meningkatkan produksi maka perlu teknologi," terang dia.
Selain sumur migas tua, menurut Arcandra, penggunaan teknologi juga harus dipakai saat mencari kandungan migas baru. Apalagi, saat ini kondisi kandungan migas sudah berada di wilayah yang sulit, seperti laut dalam.
"Lapangan yang susah, bisa deepwater, offshore dan lainnya. Terus siapa yang bisa dapatkan oil di sana, ya teknologi lagi," ucap Arcandra.
Dia menambahkan, dengan menggunakan skema bagi hasil produksi migas gross split akan memudahkan penggunaan teknologi. Sebab kontraktor bebas menggunakan teknologi tidak terbatas pada anggaran biaya penggantian kegiatan operasi hulu migas.
"Kita mencoba di awal tentang gross split ini. Bisa nggak kita nggak debat lagi di budget berapa cost-nya," tutup Arcandra.