Cerita Menag Lukman soal Piagam Madinah dan Kemajemukan Indonesia

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut, sebenarnya, ada cara menjaga kemajemukan dari mencontoh sederet kisah keteladanan Rasulullah.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 20 Des 2016, 07:31 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan antropolog menyebut Indonesia darurat kebhinekaan. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut, sebenarnya, ada cara menjaga kemajemukan dengan mencontoh sederet kisah keteladanan Rasulullah.

Hal ini diungkapkannya saat acara peringatan Maulid Nabi di Istana Negara, Jakarta.

Lukman mengatakan, keteladanan Rasulullah sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Bagaimana Piagam Madinah berperan menyatukan masyarakat di wilayah itu yang terdiri dari berbagai suku dan agama dengan Muslim sebagai pemimpinnya.

"Apa yang menjadi teladan Rasulullah sesungguhnya saat ini dan antisipasi kita ke depan semakin memiliki urgensi dan relevansi tadi karena Piagam Madinah yang dirumuskan di awal masa kerasulannya memiliki kesamaan di banyak sisi dalam konteks keindonesiaan kita," ujar Lukman di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/12/2016).

Menurut dia, masyarakat Madinah saat itu sangat beragam. Mulai dari agama, etnis, suku bangsa, hingga status ekonomi sosial. Keberagaman inilah yang dijadikan Rasulullah sebagai satu kekuatan dalam menjaga Madinah.

"Itulah sesungguhnya keragaman yang perlu kita sikapi dengan kearifan sehingga kemudian mendatangkan kemanfaatan dan kemaslahatan bagi kita semua," kata Lukman.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad tahun ini tidak hanya sekadar memperingati hari lahir Rasulullah. Tapi juga menjadi wadah untuk menyebarluaskan ajaran dan teladan Rasulullah.

"Sebagai wadah tempat kita mensosialisasikan teladan Rasul yang mudah-mudahan bisa kita terapkan di tengah kehidupan kita di masyarakat," pungkas Lukman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya