Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan-perusahaan teknologi meliputi Facebook, Apple, Google, IBM, Uber, dan Microsoft menolak menyerahkan data untuk membantu pemerintah AS membangun pangkalan data (database) Muslim Amerika. Hal itu terungkap dari laporan BuzzFeed, sebagaimana dikutip dari Recode, Selasa (20/12/2016).
Langkah perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti Twitter, yang menjadi perusahaan teknologi besar pertama yang menolak menyerahkan data untuk membangun database usulan Donald Trump tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Trump sebelumnya mengatakan, database itu akan digunakan secara khusus untuk mendata Muslim Amerika. Demikian laporan The Intercept beberapa waktu lalu.
Usulan Trump untuk membuat database Muslim Amerika adalah topik yang muncul berulang kali ketika kampanye. Tidak seperti banyak janji-janji kampanye Trump lainnya, janji kampanye ini tampaknya memang akan direalisasikan.
Hal ini diketahui dari pernyataan Kansas Secretary of State Kris Kobach, yang merupakan salah satu anggota tim transisi Trump.
Ia mengatakan bahwa setelah pemilu, penasihat kebijakan Trump sudah mulai membahas proposal untuk membangun database tersebut.
Sementara itu, dua perusahaan teknologi besar dengan spesialisasi di layanan database, Oracle dan Amazon, belum mengklarifikasi apakah mereka akan menolak atau menyetujui usulan Trump tersebut.
(Why/Ysl)