Liputan6.com, Jakarta Electoral college atau proses pemilihan presiden dan wakil presiden Amerika Serikat (AS) mengesahkan Donald Trump sebagai presiden ke-45 negara itu. Pengumuman ini dirilis enam pekan setelah pemungutan suara dilangsungkan.
Trump yang merupakan capres dari Partai Republik berhasil mengamankan 304 electoral votes. Sementara rivalnya, Hillary Clinton hanya mampu mendapat 227 electoral votes. Demikian seperti dilansir BBC, Selasa (20/12/2016).
Advertisement
Secara resmi hasil electoral votes akan diumumkan pada 6 Januari mendatang sebelum akhirnya presiden terpilih dilantik.
Sementara itu, segera setelah hasil penghitungan suara diumumkan, Trump memberi komentar. Ia menyampaikan terima kasih kepada para pendukungnya.
"Saya berterima kasih kepada rakyat Amerika yang telah memilih saya sebagai presiden AS. Melalui langkah bersejarah ini kita dapat melihat masa depan yang cerah," ujar Trump.
Pilpres AS tidak ditentukan oleh jumlah suara pemilih langsung, melainkan oleh suara Electoral College, yang berjumlah 538. Masing-masing negara bagian mendapat jatah anggota, berdasarkan jumlah penduduk mereka.
Menurut peraturan, calon yang mendapatkan suara mayoritas di sebuah negara bagian dapat memboyong semua electoral votes di negara bagian itu. Hasil penghitungan electoral votes dalam pemungutan suara akhirlah yang akan menentukan siapa presiden terpilih.
Dan di bawah aturan federal AS, anggota Electoral College harus berkumpul pada tanggal 19 Desember. Setiap elector harus menandatangani enam salinan surat suara yang menjamin pilihan mereka untuk presiden dan wakil presiden AS yang baru.
Dua salinan surat suara dikirimkan ke Arsip Nasional AS, kemudian satu salinan kepada presiden Senat AS, lalu dua salinan lainnya ke pejabat komisi pemilu masing-masing negara bagian serta satu salinan kepada hakim negara bagian.
Sementara itu, aksi protes atas kemenangan Trump masih digelar di sejumlah wilayah di AS. Di Pennsylvania, lebih dari 200 orang berunjuk rasa di bawah suhu dingin, mereka membawa spanduk bertuliskan, "Tidak Ada Pengkhianatan, Tidak Ada Trump".
Di Maine, para pengunjuk rasa menyuarakan: "Jangan biarkan Putin memilih presiden kita." Ini tak lepas dari dugaan intervensi Rusia dalam pilpres AS.
Di Madison, Wisconsin, pengumuman hasil penghitungan Electoral Votes disambut isak tangis. Jutaan rakyat AS dilaporkan telah menandatangani petisi yang menyatakan bahwa Trump tidak layak menjadi presiden AS, namun upaya ini dinilai akan berakhir sia-sia mengingat ia memenuhi syarat untuk menguasai Gedung Putih.