Liputan6.com, New York - Harga emas turun pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Harga emas terbebani penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan juga kenaikan bursa saham.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (21/12/2016), harga emas untuk pengiriman Februari turun 0,8 persen ke angka US$ 1.133,60 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Selama dua hari sebelumnya harga emas terus mengalami penguatan.
Wall Street Journal Dollar Index, sebuah indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap 16 mata uang lainnya, naik 0,2 persen di angka 93,34. Penguatan dolar AS ini memberikan tekanan kepada harga emas pelaku pasar yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang lainnya harus mengeluarkan biaya lebih.
Baca Juga
Advertisement
Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga jangka pendek pada pekan lalu sebesar 25 basis poin. Selain itu, the Fed juga memberikan sinyal bahwa suku bunga akan terus mengalami kenaikan pada 2017 nanti.
Kenaikan suku bunga ini memberikan tekanan kepada harga emas karena logam mulia tersebut menjadi insutrumen investasi yang tidak terlalu menarik lagi jika dibandingkan dengan obligasi.
Dalam pidatonya senin kemarin, Gubernur The Fed Janet Yellen memberikan apresiasi kepada pemerintah yang telah mampu memberbaiki angka tenaga kerja dengan mengurangi pengangguran. Pernyataan tersebut mendorong penguatan bursa saham.
"Pelaku pasar terus mendapat sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi AS terus membaik atau bakal lebih kuat pada 2017 nanti. Dengan adanya sinyal tersebut maka besar kemungkinan suku bunga akan naik," jelas Direktur Kitco Metals Peter Hug.
Pembunuhan duta besar Rusia di Turki dan serangan di sebuah pesta natal di Berlin pada Senin kemarin tidak memberikan dampak kepada harga emas. Permintaan akan aset-aset safe haven normal sehingga harga emas tak melonjak.
"Emas telah melepas statusnya sebagai safe haven untuk saat ini. Ada beberapa sentimen geopolitik yang seharusnya bisa mendorong kenaikan harga emas, tetapi kenyataannya saat ini tidak begitu," jelas Head of Precious Metals di Marex Spectron, David Govett. (Gdn/Ndw)