Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan lawatan ke Bangladesh. Kunjungan ke Dhaka, selain bertemu dengan koleganya Menlu Hasan Mahmood Ali, eks Duta Besar RI untuk Norwegia tersebut juga blusukan ke perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Kunjungan ke kamp pengungsi Kutupalong bertujuan untuk melihat kondisi para pengungsi muslim Rohingya di perbatasan kedua negara itu.
Saat berada di tempat tersebut, Retno yang merupakan menlu pertama yang mengunjungi kamp itu, mendengar berbagai cerita langsung para pengungsi. Mayoritas pengungsi bercerita bagaimana mereka bisa sampai ke sana.
Retno menyatakan, keadaan di kamp harus segera diperbaiki. Dibutuhkan dukungan dunia internasional untuk melakukan perbaikan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Kondisi para pengungsi cukup memprihatinkan, masyarakat internasional harus dapat lakukan lebih untuk membantu para pengungsi," sebut Retno dalam keterangan pers kepada Liputan6.com.
Dalam blusukan tersebut, Retno juga melakukan peninjauan ke tempat-tempat tinggal sementara dan tempat ibadah para pengungsi. Diperkirakan ada 19 ribu pengungsi di kamp itu.
"Dari cerita dan pengalaman para pengungsi, terlihat kompleksitas permasalahan di Rakhine. Namun demikian, apapun penyebab mereka hadir di kamp Kutupalong, mereka hidup dengan kondisi yang sangat minim, dan sebagai sesama manusia kita harus berupaya lebih keras lagi untuk membantu mereka," paparnya.
Dia melihat, tantangan besar yang dihadapi dalam kamp itu adalah keterbatasan tenaga kerja dan dana. Relawan dari pemerintah Bangladesh, UNHCR, IOM dan negara lainnya jumlahnya masih kurang demi memenuhi semua kebutuhan pengungsi.
Demi menyelesaikan semua masalah, Retno mendorong agar semua pihak mendukung Myanmar menyelesaikan permasalan dengan inklusif.
Selain itu kepada Menlu Bangladesh, Retno kembali menekankan pentingnya hubungan, komunikasi dan koordinasi yang baik antara Bangladesh dan Myanmar dalam mengatasi masalah pengungsi di perbatasan.