Liputan6.com, New York - Saham perawatan kesehatan dan properti telah menyeret bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street ke zona merah. Tekanan itu terjadi usai indeks saham Dow Jones dan Nasdaq cetak rekor.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 30,87 poin atau 0,16 persen ke level 19.941,96. Indeks saham S&P 500 merosot 0,25 persen menjadi 2.265,18. Indeks saham Nasdaq susut 12,51 poin atau 0,23 persen menjadi 5.471,43.
Indeks Dow Jones hampir mendekat level 20.000 namun belum tercapai. Bursa saham AS reli sejak 8 November dengan kenaikan indeks saham Dow Jones 9 persen dan S&P 500 menguat 6 persen usai presiden terpilih AS Donald Trump berencana pangkas deregulasi dan meningkatkan belanja infrastruktur.
Baca Juga
Advertisement
Sejumlah investor khawatir lantaran reli bursa saham AS membuat harga saham AS makin meningkat. Di sisi lain investor juga fokus terhadap rencana pemerintahan baru sehingga ada kemungkinan pajak turun dan kebijakan lainnya yang dapat memperlebar defisit.
"Investor sejenak berhenti dan mereka ingin melihat apa yang terjadi. Investor melihat 100 hari kerja pemerintahan baru, dan menarik juga melihat bagaimana mereka lewati kongres dan regulasi yang akan di buat," ujar Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer Cornerstone Financial Partners, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (22/12/2016).
Harapan pajak rendah di bawah pemerintahan Donald Trump memberikan insentif bagi investor. Diperkirakan investor tidak menjual saham hingga Januari. Ada pun sepanjang 2016, indeks saham S&P 500 naik 11 persen.
Untuk sektor saham yang menekan wall street antara lain sektor saham perawatan kesehatan merosot 0,60 persen. Sedangkan properti tergelincir 1,32 persen.
Saham-saham yang tertekan antara lain saham Accenture turun lima persen usai prediksi pendapatan kurang dari yang diharapkan. Saham Twitter merosot 4,6 persen usai Chief Technology Officer berniat keluar dari Twitter. Sedangkan saham FedEx merosot 3,3 persen.