Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah ingin menurunkan harga listrik dari pembangkit yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT), salah satunya dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), agar harganya murah seperti di Uni Emirat Arab.
Keinginan tersebut dilatarbelakangi dari pembicaraan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dengan Menteri Energi Uni Emirat Arab saat hadir dalam sidang Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) di Wina Austria beberapa pekan lalu.
Baca Juga
Advertisement
Pembicaraan tersebut terkait penggunaan EBT. Meski kaya minyak, namun Uni Emirat Arab tetap menggunakan PLTS untuk melistriki warganya. Saat ini lifting minyak Uni Emirat Arab sebesar 3 juta barel per hari (bph), sementara konsumsinya hanya 5 persen atau 150 ribu bph.
Harga tarif listriknya cukup murah berkisar US$ 2,29 sen per kilowatthour (kWh) untuk PLTS berkapasitas 150 MW dan US$ 2,24 sen per kWh untuk PLTS berkapasitas 200 MW.
Hal tersebut membuat Jonan kaget. Sebab jika dibanding di Indonesia, tarifnya masih jauh lebih tinggi yaitu US$ 14 sen per kWh sampai US$ 25 sen per kWh. Karena itu, dia ingin harga EBT bisa murah seperti di Uni Emirat Arab.
"Saya kaget kenapa harganya bisa murah, apa matahari di sana berbeda?," tutur Jonan, seperti yang ditulis, Kamis (23/12/2016).
Lalu mengapa harga listrik dari PLTS Indonesia mahal?
Kepala Divisi EBT PT PLN (Persero) Syah Darwin mengatakan, hal tersebut disebabkan oleh biaya pembebasan tanah yang sulit sehingga harganya menjadi mahal. Tak hanya itu, teknologi PLTS yang masih terbatas juga mahal. Hal ini memicu pembentukan harga listrik PLTS.
"Yang besar kan panelnya. Komponen tanah itu mempengaruhi, Rp 50 ribu saja sudah cukup besar dari biaya total itu," papar Darwin.
Ditambah, bunga pinjaman dari bank masih cukup tinggi yaitu 6-7,5 persen. Menurut dia, hal ini melatar belakangi pengusaha menuntut pengembalian modal (Internal Rate of Return/IRR) 12 hingga 15 persen.
Dengan beban biaya pembangunan tersebut, pengusaha mengalihkannya ke harga jual listrik ke PLN sebagai pembeli. Untuk membuat PLTS berkapasitas 1 MW membutuhkan dana sebesar US$ 1,3 juta di luar biaya pembebasan tanah.
"Panel kan harganya ya. tanah tuh. Bunga bank juga," ungkapnya.