Liputan6.com, Canberra - Sebuah 'bom mobil' meledak di markas Australian Christian Lobby (ACL) di Canberra. Insiden ledakan van penuh dengan tabung gas itu tak terkait secara politik, agama, atau ideologi.
Menurut situs resminya, ACL adalah gerakan dengan lebih dari 80 ribu warga yang membawa pengaruh Kristen ke politik.
Advertisement
Sopir berusia 35 tahun itu menderita luka bakar parah, setelah itu ledakan menghancurkan kendaraan dan merusak kantor yang saat itu dalam kondisi kosong.
Insiden itu terjadi pada Rabu 21 Desember 2016 pukul 21.30 (10:30 GMT), dan pria itu tengah diberikan pengobatan di Rumah Sakit Canberra.
Dugaan sementara polisi, pria itu telah melakukan tindakan yang memicu terjadinya ledakan. Tapi mereka mengesampingkan motif politik, setelah sempat berbicara dengan sopir yang berada dalam kondisi kritis di salah satu rumah sakit Australia.
"Kami tidak percaya ada ancaman terhadap masyarakat sebagai akibat dari kejadian tertentu," kata Komandan Mark Walters seperti dikutip dari BBC, Kamis (22/12/2016).
Ancaman Kematian
Sebelumnya pada hari Kamis, Direktur ACL Lyle Shelton mengatakan ia percaya itu adalah "serangan yang memang ditargetkan".
"Kami telah menerima sejumlah ancaman kematian dan ancaman kekerasan selama tahun ini," kata Shelton kepada ABC News.
"Ini adalah serangan terhadap kebebasan berbicara di Australia yang membuatku sangat terkejut, karena tak pernah terpikir dalam hidupku," jelas dia.
Shelton mengatakan ia merasa lega tidak ada staf saat insiden ledakan 'bom mobil' itu.
Saksikan juga video menarik berikut ini: