Liputan6.com, Jakarta Hari ini, tepat Hari Ibu diperingati untuk ke 102 kalinya. Perayaan Hari Ibu sangat dikenal akrab dengan hadiah, ucapan, dan ungkapan kasih sayang, sekaligus penghargaan terhadap sosok ibu. Namun, pernahkah Anda mendengar tentang sejarah dari Hari Ibu yang sebenarnya?
Dilansir dari nationalgeographic.com, Kamis (22/12/2016), pada awalnya Hari Ibu dibuat untuk ungkapan berkabung bagi para wanita yang memiliki pasangan berprofesi sebagai prajurit dan gugur karena misi perdamaian. Namun, ketika Hari Ibu semakin komersial, seorang wanita bernama Anna Jarvis mempertaruhkan dirinya sendiri untuk melawan hal tersebut, dan mati miskin dalam sebuah sanatorium.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Katharine Antolini, sejarawan di West Virginia Wesleyan College, kisahnya berawal dari tahun 1850-an ketika organisasi pekerja wanita Virginia Barat yang dipimpin oleh Ann Reeves Jarvis, ibu dari Anna Jarvis, memperingati Hari Ibu untuk meningkatkan kondisi sanitasi, menekan jumlah kematian bayi, memerangi penyakit, dan membatasi kontaminasi susu. Organisasi ini juga cenderung mengobati para prajurit yang terluka akibat Perang Saudara di Amerika Serikat pada 1861 sampai 1865.
Pada tahun-tahun sesudah perang, Ann bersama dengan wanita lainnya membuat Friendship Day sebagai strategi untuk mempersatukan bekas-bekas musuh. Julia Ward Howe adalah pencetus Mother's Day Proclamation di tahun 1870 dan menyerukan wanita untuk mengambil peran aktif dalam politik untuk mempromosikan perdamaian. Namun, Anna-lah yang mengambil peran paling besar terhadap Mother's Day atau Hari Ibu yang sekarang ini kita peringati.
Anna Jarvis tidak pernah memiliki anak sendiri. Namun kematian ibunya di tahun 1905 menginspirasi dirinya untuk memperingati Hari Ibu pada 1908. Pada 10 Mei di tahun yang sama, banyak keluarga berkumpul di Grafton, Virginia Barat, kampung halaman Anna, mengubah nama menjadi International Mother's Day Shrine, seperti yang dikenal di Philadelphia, tempat Anna tinggal saat itu.
Berkat usahanya, Hari Ibu semakin dikenal di berbagai kota dan negara lain, hingga Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat saat itu, secara resmi membuat hari Minggu kedua di bulan Mei 1914 sebagai hari libur nasional.
"Bagi Anna saat itu, Hari Ibu adalah hari untuk pulang dan menghabiskan waktu bersama Ibu, mengucapkan terima kasih atas segala sesuatu yang telah dilakukannya. Hari Ibu tidak ditujukan untuk semua ibu yang Anda kenal, tapi untuk merayakan ibu terbaik yang pernah Anda miliki, yaitu ibu Anda sendiri, sebagai seorang anak," papar Katharine.
Kematian Anna Jarvis
Namun malang, seiring waktu ide Hari Ibu ini menjadi ide komersial, seperti pembelian, pemberian bunga, permen, dan kartu ucapan. Otomatis, hal ini sangat mengganggu Anna, sehingga ia mulai berusaha untuk mengembalikan fungsi Hari Ibu seperti sedia kala.
Ia mencoba mengontrol, melakukan boikot, menuntut secara hukum, bahkan menyerang Eleanor Roosevelt yang saat itu menggunakan Hari Ibu untuk mengumpulkan dana bagi sebuah badan amal.
Hal ini terus berlangsung, hingga pada 1925, Anna benar-benar ditangkap di Philadelphia dengan alasan mengganggu ketenangan publik. Walaupun ditangkap, Anna tetap berupaya untuk mengembalikan fungsi Hari Ibu sampai awal tahun 1940, dan dirinya meninggal di Marshall Square Sanitarium, Philadelphia, pada 1948.
"Anna meninggal tanpa uang sepeser pun di sanitarium dalam keadaan demensia. Seorang wanita yang bisa mendapatkan keuntungan yang begitu besar dari Hari Ibu, jika saja ia mau," cerita Katharine.
Sampai hari ini, Hari Ibu masih dianggap sebagai mesin konsumerisme, di mana Hari Ibu menjadi hari libur nasional nomor tiga untuk pertukaran kartu ucapan selamat Hari Ibu di seluruh Amerika Serikat, menduduki tempat setelah Natal dan Valentine.
Di Arab, Hari Ibu jatuh pada tanggal 21 Maret, Panama pada tanggal 8 Desember, sedangkan Thailand menempatkan Hari Ibu pada tanggal 12 Agustus, bertepatan dengan ulang tahun Ratu Srikit yang telah memerintah sejak tahun 1956.
Advertisement