Liputan6.com, Damaskus - Banyak cara dilakukan oleh kelompok teror ISIS untuk melancarkan misi sadis mereka. Mulai dari melakukan serangan langsung, bom bunuh diri, truk atau kendaraan pembunuh, dan baru-baru ini mengirimkan anak kecil pembawa bom.
Sebuah rekaman video yang beredar di dunia maya memperlihatkan adegan seorang militan memberikan 'ceramah' kepada dua orang anak perempuan, sebelum kedua bocah yang diduga berusia kurang dari 10 tahun itu memasuki kantor polisi Damaskus, Suriah, sambil membawa bom.
Advertisement
Dengan berlatarkan musik dan bendera ISIS, kedua bocah itu duduk di dekat pria yang akan 'mencuci otak' mereka. Militan tersebut kemudian merangkul pundak kedua anak perempuan tersebut sambil berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab.
Kedua bocah pembawa bom itu kemudian meneriakkan 'Allahu Akbar' sebelum akhirnya mengganti pakaian mereka dengan jaket dan topi rajutan wol.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (22/12/2016), rekaman tersebut juga memperlihatkan adegan di mana kedua bocah perempuan itu mencium seorang wanita yang diduga ibu mereka, sebelum akhirnya berjalan ke lokasi target pengeboman.
Sementara itu menurut laporan dari media setempat kedua pria dan wanita di dalam rekaman video ISIS tersebut adalah orangtua dari bocah yang belakangan diketahui bernama Islam dan Fatima. Ibu kedua 'bocah militan' tersebut mengatakan bahwa kedua anaknya tengah 'berjihad'.
"Tidak ada batasan usia untuk berjihad. Semua muslim seharusnya ikut serta dalam kegiatan ini," kata perempuan tersebut saat ditanya mengapa dia menjadikan anaknya pembawa bom bunuh diri.
Rekaman tersebut juga menampilkan adegan di mana ayah kedua bocah tersebut bertanya kepada Islam dan Fatima apakah mereka takut melakukan aksi teror tersebut atau tidak: "Kalian tidak akan takut melakukan hal ini bukan? Kalian akan masuk surga setelah ini."
"Saya tidak takut," jawab bocah yang berada di sisi kiri militan tersebut.
Pada badan salah seorang gadis yang diperkirakan berusia 7 tahun, dipasangkan peledak yang nantinya akan diaktifkan menggunakan remote control. Pada 16 Desember 2016 salah seorang dari kedua gadis kecil itu dilaporkan memasuki sebuah kantor polisi Damaskus, sebelum tewas akibat ledakan bom di tubuhnya dan mengakibatkan 3 orang petugas terluka.
Menurut pihak kepolisian kejadiaan yang mencelakai 3 orang anggota mereka itu terjadi ketika seorang gadis yang mengaku tersesat, mengatakan pada petugas bahwa dia ingin buang air kecil.
"Bocah berusia 7 tahun masuk ke dalam kantor polisi, mengatakan bahwa dia tersesat dan ingin buang air kecil. Bom yang dikendalikan dengan romote kontrol itu kemudian meledak," tulis media setempat dalam sebuah laman Facebook-nya.
Gadis pembawa bom bunuh diri itu kemudian dipastikan tewas di tempat, setelah bahan peledak yang dipasngkan pada tubuhnya diaktifkan dari jauh. Ledakan tersebut membuat tubuh bocah itu hampir tak bisa dikenali, ruangan kantor kepolisan menjadi berantakan, dan 3 orang polisi terluka.