Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 55 persen hak anak dilanggar ibu dalam keluarga dan pengasuhan alternatif. Demikian catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
"Terkait kasus keluarga dan pengasuhan alternatif, KPAI mendapatkan 702 laporan, di mana 55 persennya ibu berperan dalam melakukan pelanggaran hak anak," kata Ketua KPAI Asrorun Niam Sholeh dalam acara penyampaian catatan akhir tahun di Kantor KPAI, Jakarta, Kamis 22 Desember 2016.
Advertisement
Dilansir dari Antara, salah satu bentuk pelanggarannya adalah akses bertemu keluarga dibatasi, tumbuh kembang anak diabaikan, tidak jarang menjadi pelaku tindak kekerasan, dan eksploitasi ekonomi maupun seksual.
"Kami tidak melakukan proses stigma, karena tanggung jawab perlindungan anak tidak hanya ibu, tetapi tanggung jawab orang tua (ibu dan ayah)," ujar Asrorun.
Sekretaris KPAI Rita Pranawati menjelaskan, ada persoalan mendasar dalam pengasuhan anak, terutama pada keluarga pecah (broken home) akibat perceraian. "Baik ayah maupun ibu, pengetahuan mengenai pengasuhan anak masih lemah, bahkan masih copy-paste dari cara pengasuhan sebelumnya," kata dia.
Rita juga menjelaskan, tingginya angka perceraian juga terkait dengan pelanggaran hak anak yang berhubungan dengan keluarga. "Di Indonesia, perceraian belum memiliki dampak norma hukum pada anak. Hak asuh sering dimaknai hak mutlak," ucap dia.
Untuk mengatasi permasalahan keluarga yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran hak anak, KPAI berupaya melakukan mediasi yang sifatnya masih sukarela.
Menurut Rita, berdasarkan catatan KPAI, faktor penyebab pelanggaran hak anak dalam keluarga yang tertinggi adalah akses bertemu orang tua yang, kemudian disusul perebutan hak asuh, nafkah, dan penculikan anak.
"Ini semua dampak dari problema di keluarga," kata Rita.