5 Ramalan Kiamat 2016 yang Terbukti Gagal Total

Berikut 5 ramalan soal kiamat yang tidak terbukti kebenarannya di sepanjang tahun 2016.

oleh Citra Dewi diperbarui 23 Des 2016, 21:00 WIB
Penampakan Bumi dari angkasa luar (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun demi tahun berbagai macam spekulasi tentang waktu terjadinya kiamat terus bermunculan, tak terkecuali pada 2016 ini. Sejumlah isu mengenai akhir dari dunia beberapa kali tersebar di dunia maya.

Para penyebar isu tersebut pun tak tanggung-tanggung untuk meyakinkan orang-orang untuk mempercayai prediksinya. Salah satu caranya adalah dengan membuat penjelasan yang dikemas dalam bentuk video.

Sejumlah 'teori' penyebab kiamat mereka ungkapkan. Fenomena yang datang dari angkasa luar mendominasi 'penyebab' berakhirnya kehidupan Bumi, sebut saja hantaman asteroid, blood moon, dan sejajarnya lokasi planet.

Namun, kehidupan terus bergulir dan prediksi-prediksi tersebut tak terbukti kebenarannya. Seperti Liputan6.com kutip dari berbagai sumber, berikut 5 ramalan gagal soal kiamat yang menghiasi tahun 2006.


1. 'Sejajarnya' Planet pada 9 Mei 2016

Akun situs berbagi video, The Prophetico, menyebut bahwa sejajarnya planet-planet pada 9 Mei 2016 yang dihubungkan dengan rasi bintang, menandakan bahwa akhir kehidupan Bumi semakin dekat. Ia mengaitkan fenomena tersebut dengan salah satu kitab suci.

Menurut penjelasannya dalam video, pada tanggal itu Merkurius akan melintas di depan Matahari dan sejajar dengan Bumi, di mana fenomena alam tersebut hanya terjadi 13 kali dalam satu abad.

Sang narator menjelaskan, pada 6 Mei akan dimulai siklus bulan baru, di mana akan terdapat fenomena supermoon--titik terdekat bulan pada orbit Bumi.

Tiga hari setelah pembentukan siklus bulan baru dan ketika Merkurius melintas Matahari, yaitu pada 9 Mei, bulan akan tampak sabit jika dilihat dari Bumi.

Lebih jauh, jika kita melihat fenomena tersebut dari Yerusalem, posisi bulan sabit sejajar dengan konstelasi bintang Orion. "Bulan akan berubah menjadi sabit, sehingga secara harfiah kelompok Orion berubah menjadi gada dan menyerang anak singa di pipinya," ujar narator.

Posisi planet yang sejajar pada 9 Mei 2016, kecuali Jupiter (The Prophetico)

Menambahkan 'bukti-bukti' pada teorinya, ia kemudian menganalisa posisi planet serta Matahari, dan mengatakan bahwa Venus, Matahari, Merkurius, Bumi, Mars, dan Saturnus membentuk sabit lain.

Satu-satunya planet yang tak membentuk pola tersebut hanya Yupiter.

"Ketika fenomena itu terjadi, Venus, Matahari, Bumi, Mars, dan Saturnus membentuk pola sabit, sementara, jika dilihat dari Bumi, Yupiter berada di konstelasi Leo," ujar Matthew.

Ia memperingatkan bahwa hal tersebut dapat menjadi tanda berakhirnya dunia. "Ketika kita melihat ini, perhatikan bahwa Orion merupakan tanda smithe pada Micah bab lima.'

Menurut schmoop.com, pada Micah di bab 3 dan 5, ia meminta Tuhan untuk mengambil pemimpin yang melakukan korupsi dan berbohong.

Dalam situs itu juga melanjutkan, bahwa Micah -- seorang nabi -- meminta adanya kehancuran dan pemerintah yang dipimpin Tuhan agar didirikan.

Namun, ramalan kiamat 9 Mei 2016 tak terbukti.


2. Pergeseran Kutub Bumi dan 'Kiamat' 29 Juli 2016

Kelompok kontroversial bernama End Times Propechies menyebut bahwa 29 Juli 2016 akan menjadi akhir dari kehidupan di dunia. Penjelasan terkait hal itu dijelaskan dalam video berdurasi 17 menit berjudul “Why The World Will End Surely On 29 July 2016".

Kelompok yang dikenal gemar mengembuskan isu kiamat itu memprediksi, bergesernya kutub magnetik Bumi akan memulai serentetan peristiwa yang menyebabkan berakhirnya kehidupan di dunia.

"Pergeseran kutub akan membuat bintang berlomba di langit dan ketidakstabilan Bumi akan menarik atmosfer yang membentuk gulungan awan," jelas video tersebut.

Namun, 29 Juli telah berlalu dan hingga detik ini kehidupan masih terus berjalan. Ini menunjukkan ramalan kiamat 29 Juli 2016 tak terbukti kebenarannya.

NASA pun telah menyangkal pergeseran kutub Bumi penyebab kiamat dan memberinya penjelasan secara ilmiah.

Posisi Kutub Utara dan Kutub Magnetik Utara Bumi (windows2universe.org)

Pergeseran kutub Bumi merupakan fenomena geomagnetik di mana Kutub Utara perlahan-lahan bergerak ke kutub magnetik utara yang disebabkan pergeseran besi cair di inti Bumi. Ilmuwan membuktikan bahwa Bumi telah mengalami perputaran geomagnetik secara penuh setiap 780 ribu tahun.

Alih-alih bergeser secara mendadak, kutub magnetik akan bergerak perlahan di muka Bumi selama ribuan tahun. Pergerakan kutub magnetik utara telah meningkat pada abad ke-20 dan saat ini telah bergeser sekitar 64,3 kilometer per tahun.

NASA memperhatikan bahwa pergerakan itu akan bertambah cepat antara 14 Juli hingga 19 Agustus. Tampaknya hal itu menjadi dasar ilmiah yang dijadikan kelompok 'peramal' itu atas klaim kiamat.

Badan antariksa Amerika Serikat tersebut mengonfirmasi, pergeseran kutub geomagnetik memang sedang berlangsung. Namun mereka mengatakan, kita tak perlu panik karena penduduk Bumi sulit untuk melihatnya.

"Kondisi yang menyebabkan berbaliknya kutub tak sepenuhnya dapat diprediksi. Tak ada catatan geologi yang menunjukkan bahwa skenario kiamat yang berhubungan dengan berbaliknya kutub harus ditanggapi dengan serius," ujar NASA.


3. 'Kiamat' Akibat Hantaman Asteroid 2 Agustus

Para pencetus teori konspirasi mengklaim sebuah asteroid besar akan menabrak dan menghancurkan Bumi pada 2 Agustus 2016.

Tampaknya klaim tersebut didasarkan pada pengamatan NASA yang menyebut bahwa sebuah batu angkasa luar dengan panjang 120 meter itu akan mendekati planet kita pada 2 Agustus.

Para ahli mengatakan, asteroid itu berpotensi menjadi penyebab kiamat atau malapetaka karena dapat memicu kepunahan -- sebab, diperkirakan, Bumi akan kembali mengalami Zaman Es.

Jika asteroid tersebut menghantam Bumi, maka debu-debunya akan menyelimuti planet dan menyebabkan suhu rata-rata dunia turun hingga 8 derajat Celsius. Menurut ilmuwan, dampak global itu akan bertahan hingga beberapa tahun.

Sebuah asteroid akan melintasi Bumi malam sebelum Natal. Namun sebuah kelompok mengungkapkan bahwa kiamat akan datang. (News.com.au)

Meski melintas dekat, untungnya asteroid bernama 2016 NX22 itu akan melintasi Bumi di jarak aman, yakni 4,5 juta kilometer. Pada tahun lalu, NASA menyebut bahwa tak ada asteroid yang akan menghantam Bumi hingga ratusan tahun ke depan.

"NASA tak asteroid atau komet yang berada di jalurnya bertabrakan dengan Bumi akhir-akhir ini, sehingga kemungkinan adanya tabrakan besar sangat kecil," ujar juru bicara NASA.

"Bahkan, tak ada obyek besar yang kemungkinan akan menghantam Bumi hingga beberapa ratus tahun ke depan."

"NASA juga telah membuat deteksi asteroid menjadi prioritas utama, dan mengembangkan strategi untuk mengidentifikasi asteroid yang dapat menimbulkan risiko bagi planet kita," jelas dia.


4. Nibiru 'Pemicu Kiamat' Dekati Bumi pada 19 Agustus?

Pada Agustus lalu, para pencetus teori konspirasi mengaitkan Nibiru dengan peristiwa "blood moon"--bulan berwarna merah darah.

Nibiru merupakan planet yang memiliki orbit besar, sehingga pencetus teori konspirasi mengklaim bahwa suatu hari planet itu akan melintasi Bumi sangat dekat, sehingga gravitasinya dapat memicu gempa bumi dan serentetan bencana lain.

Sebuah saluran situs berbagi video mengklaim, penampakan Nibiru yang berada di samping blood moon telah tertangkap kamera untuk pertama kalinya di Pennsylvania, Amerika Serikat. Rekaman itu juga mengklaim bahwa Nibiru lah yang menyebabkan Bulan berubah menjadi merah.

Saluran tersebut juga mengklaim terdapat kemunculan blood moon yang tak terduga, yakni pada 19 Agustus.

"Hal ini seharusnya menjadi peristiwa langka, namun pada 2016 kita telah memiliki dua (blood moon) yang salah satunya seharusnya tak muncul hingga pertengahan September,"

Pencetus teori konspirasi menyebut cahaya di samping

"(Video) ini akan menunjukkan bagaimana Bulan dapat berubah menjadi merah darah...ini terjadi karena planet Nibiru ada di sebelahnya dan merefleksikan bayangan merah darahnya pada rembulan,"

Sebenarnya gambar serupa, di mana tampak sebuah titik di samping Bulan, sudah pernah diabadikan sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena flare atau suar lensa yang menyebabkan Bulan memiliki refleksi pada gambar.

Namun, narator video itu mengklaim bahwa gambar tersebut berbeda. Ia juga menyebut pemerintah sebenarnya telah mengetahui akan kedatangan Nibiru, namun mereka menolak memberitahunya.

"Aku rasa ini waktu kita untuk bersiap-siap....jika kita melihat blood moon lain, maka aku harus mengatakan Nibiru datang mendekati kita, dan sekarang adalah waktu untuk mulai mempersiapkan,"

"Aku tak tahu berapa banyak waktu yang kita miliki," ucap narator.

Namun layaknya sejumlah ramalan, Nibiru yang diprediksi mendekati Bumi pada 19 Agustus 2016 tidak terbukti.


5. Berakhirnya Kehidupan Bumi pada 31 Oktober 2016?

Kelompok yang menyebarkan isu kiamat 29 Juli 2016, End Times Propechies, kembali mengungkap isu berakhirnya kehidupan di Bumi.

Dalam penjelasan yang diunggah ke situs berbagi video, mereka menyebut bahwa kehidupan di dunia akan berakhir pada 31 Oktober 2016 -- bertepatan dengan perayaan Halloween.

"Semua bukti menunjukkan kepada kita bahwa berakhirnya dunia dan waktu akan terjadi pada 31 Oktober 2016," tulis End Times Propechies dalam akun miliknya.

Mereka juga mengatakan bahwa berakhirnya dunia pada 31 Oktober disebabkan karena kutub Bumi akan terbalik, sama seperti isu kiamat 29 Juli.

Penampakan Bumi dilihat dari angkasa luar (apod.nasa.gov)

"Pada hari kebangkitan Yesus, akan ada pembalikan kutub. Isaiah mengatakan bahwa Bumi akan retak dan terbelah. Bumi akan terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Bumi terbebani oleh dosa-dosanya dan akan runtuh serta tak pernah bangkit lagi," ujarnya dalam video berjudul "Why The World Will End Surely on 31 October 2016 ? Shocking Facts"

Namun, Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengonfirmasi, pergeseran kutub geomagnetik memang sedang berlangsung. Namun mereka mengatakan, kita tak perlu panik karena penduduk Bumi sulit untuk menyadarinya.

"Kondisi yang menyebabkan berbaliknya kutub tak sepenuhnya dapat diprediksi. Tak ada catatan geologi yang menunjukkan bahwa skenario kiamat yang berhubungan dengan berbaliknya kutub harus ditanggapi dengan serius," ujar NASA.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya