Liputan6.com, Aleppo - Kota Aleppo, bersolek. Hiasan dan keluarga yang berkumpul dekat pohon natal besar yang menerangai kota tersebut jadi pemandangan menarik sebelum hari perayaan kelahiran Isa Almasih datang.
Mungkin di beberpa penjuru dunia, pemandangan ini lumrah jelang natal. Namun, tidak demikian bagi minoritas Nasrani di Aleppo.
Natal 2016 sungguh berbeda. Ini kali pertama mereka bisa merayakan sejak perang sipil pecah pada 2012 lalu.
Meski perayaan hanya berlangsung di bagian barat Aleppo, suasana natal seperti ini membawa suka cita bagi semua warga kota tersebut, tanpa terkecuali.
Beberapa anak-anak anggota gereja sehari sebelum natal, berdandan ala sinterklas. Dekorasi khas perayaan hari besar itu pun menyelimuti pusat kota Aleppo di Al Azizieh Square.
Baca Juga
Advertisement
Bukan cuma hiasan natal, bendara Suriah serta juga Rusia yang merupakan sekutu dekatnya terpampang hampir di setiap penjuru kota.
Seorang warga Aleppo, Nehme Bedawi tak bisa menyembunyikan kegembiraannya atas kondisi kota tersebut saat ini. Apalagi, natal sudah bisa ia rasakan dengan damai tanpa rasa takut akan perang.
Salah satu kegembiraan Bedawi dan keluarganya akhirnya bisa beribadah di Katedral Saint Elias meski gedung tersebut sebagian runtuh.
"Kami masih bisa menggunakan sisa bangunan. Ini merupakan simbol kemenangan kami atas maut," ucap Bedawi seperti dikutip dari IOL, Sabtu (24/12/2016).
"Yang jelas, perasaan emosional ini lebih besar dari kehilangan material kami," sambung dia.
Ia mengatakan, sebelum perang pecah gereja ini adalah tempat bagi masyarakat Katolik Aleppo beribadah.
"Semua kenangan ada di sini. Di tempat ini, kami merayakan seluruh hari raya dan juga suka cita kita," ucap dia.
"Yang jelas sekarang kami hanya ingin mengubah semua kehancuran ini menjadi sesuatu yang luar biasa indahnya," kata Bedawi.
Saat ini ada hanya tersisa 100 ribu umat Nasrani di Aleppo. Jumlah ini menurun drastis. Sebelum perang pecah, tercatat ada 250 warga Kristen dan Katolik di kota tua itu.
Usai Aleppo direbut pasukan Presiden Bashar Al-Assad dan sekutunya, hampir seluruh umat Nasrani tinggal di satu wilayah yang keamanannya di kendalikan penuh militer dan pemerintah.