Liputan6.com, Yogyakarta - Gubenur DIY Sultan HB X berjanji tidak akan menggusur keberadaan pedagang kaki (PKL) lima di sisi timur maupun barat Malioboro, sekalipun penataan pedestrian masih berlanjut.
"Kekuatan Malioboro ya ada di PKL sebagai tempat transaksi masyarakat kelas menengah," ujar dia, Kamis, 22 Desember 2016.
Meski demikian, ia memiliki beberapa permintaan yang harus dipatuhi oleh para PKL tersebut. Di antaranya, perlu ada penataan barang dagangan dan tidak membuang air bekas cucian ke tanaman.
Hal itu terlontar dari orang nomor satu di DIY karena selama ini pengaturan barang dagangan disimpan dalam peti dan berjajar di sepanjang trotoar. Apabila toko-toko sudah tutup, peti-peti tersebut ditutup oleh terpal, sehingga membuat suasana trotoar menjadi tidak rapi.
"Saya usul bagaimana kalau barang-barang dagangan tidak perlu dibawa semua. Jadi, tidak perlu disimpan dalam peti semua. Kalau toko sudah tutup pun, trotoar juga tetap rapi tidak perlu ada peti ditutup tenda biru," kata dia.
Sultan juga membuka kemungkinan adanya penyimpanan barang dagangan di bawah tanah. Sementara, tutur dia, untuk PKL yang berjualan di Pasar Sore diwacanakan menempati bangunan bekas Bioskop Indra yang terletak di selatan sisi barat pedestrian Malioboro.
Terkait PKL makanan, ia meminta pemilik warung menjaga kebersihan. "Sisa makanan dikumpulkan, air kotor juga, jangan dibuang ke tanaman seperti biasanya," ucap Sultan.
Demikian pula dengan persediaan air bersih, Sultan akan mengusahakan pengadaan anggarannya. Pasalnya, mencuci gelas dan piring kotor dengan air di dalam ember tidak akan membuat bersih, melainkan semakin berminyak.
Baca Juga
Advertisement
Ia menegaskan permintaan seperti itu wajar karena selama ini Malioboro menjadi wajah dari Provinsi DIY yang harus dijaga keteraturan, kebersihan, dan ketertibannya.
Selain PKL, Sultan juga meminta trotoar sebelah barat tidak digunakan sebagai tempat parkir motor, sekalipun penataan sisi tersebut belum dilakukan. Demikian pula dengan gang-gang sempit di sekitar Jalan Malioboro seharusnya tidak dijadikan lahan parkir.
Untuk kendaraan yang melintas dari Tugu ke Malioboro, tutur dia, semestinya juga lebih berhati-hati dan tidak mengebut karena banyak orang menyeberang.
"Ini kan garis imajiner, seharusnya manusiawi. Yang punya mobil lebih manusiawi, jangan pejalan kaki yang disuruh mengalah," kata Sultan.