Liputan6.com, Aleppo - Penduduk Aleppo yang wilayahnya berhasil direbut oleh pasukan pemerintah Suriah menuduh pemberontak merampas bantuan yang ditujukan kepada warga sipil.
Mereka mengatakan menemukan makanan dan perlengkapan lainnya di sebuah sekolah yang dipakai kelompok Jaish al-Islam sebagai kantor pusatnya di distrik al-Kalasa.
Advertisement
Jaish al-Islam adalah koalisi yang terlibat dalam perang saudara Suriah. Kelompok ini diduga didukung oleh Arab Saudi.
"Mereka melarang kami melakukan semuanya. Tidak ada susu, tak boleh memasak, tidak ada daging, bahkan lemon," ujar seorang perempuan bernama Hanan al Salem yang mendatangi gedung sekolah itu seperti dilansir euronews, Senin (26/12/2016).
Sementara seorang warga lainnya bernama Amer mengatakan hal serupa, "Mereka menyimpan semuanya disini. Bahkan kami tidak diizinkan untuk memakan sepotong roti. Kami mati kelaparan dan banyak dari kami tidur dalam keadaan perut kosong."
Dalam video euronews yang beredar tampak salah satu bantuan -- yang turut "disita" para pemberontak -- berasal dari Indonesia. Pada kardus tertera tulisan 'Indonesian Humanitarian Relief' (IHR) -- lembaga non-pemerintah yang didirikan dan dikelola oleh aktivis kemanusiaan, paralegal, dan tokoh masyarakat.
Warga juga mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan dasar. Menurut mereka satu kilogram gula bahkan mencapai US$ 16 atau setara dengan Rp 215 ribu.
Salah satu penyebab jatuhnya Aleppo ke tangan rezim Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad adalah friksi di antara mereka.
Jaish al-Islam sendiri dituduh telah melakukan kekejaman terhadap warga sipil. Oleh Rusia dan Suriah, mereka ditetapkan sebagai kelompok teroris.
Menurut lembaga HAM PBB, distrik al-Kalasa merupakan salah satu dari empat kawasan di mana pasukan militer Suriah sengaja menembak mati warga sipil.
Simak video berikut yang menunjukkan dus berisi bantuan dari Indonesian Humanitarian Relief ke warga Aleppo: