Liputan6.com, Pekanbaru - Sebuah bungkusan merah yang ditemukan di lantai II Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jalan Hangtuah, Pekanbaru, Riau, menghebohkan ratusan jemaat yang tengah melaksanakan kebaktian Natal. Kebaktian sempat ditunda beberapa saat dan dilaksanakan kembali setelah kepolisian menyatakan keadaan aman.
Para jemaat mengira bungkusan itu berisi bahan peledak dan melaporkannya ke polisi yang bertugas di sana. Kejadian ini membuat Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Datasemen Gegana Brimob Polda Riau turun tangan.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Susanto menyebut benda mencurigakan itu ditemukan sekitar pukul 11.15 WIB. Brimob diminta dikerahkan ke lokasi karena bungkusan itu diduga berisi bahan dari metal.
Baca Juga
Advertisement
"Prosedurnya seperti itu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan," sebut Susanto kepada wartawan, Minggu, 25 Desember 2016 siang.
Dia menyebutkan, Tim Jihandak langsung mengevakuasi barang mencurigakan tersebut dan dibawa ke Mako Brimob Polda Riau untuk diperiksa lebih lanjut.
Terpisah, Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo menyebutkan, petugas juga mengamankan areal gereja dan jemaat untuk beberapa saat dijauhkan dari lokasi tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, bungkusan mencurigakan itu ternyata berisi kue dan minuman yang diduga milik jemaat yang tertinggal saat kebaktian sebelumnya.
"Bukan bom, bungkusan tersebut berisikan makanan berupa wafer dan minuman yang tertinggal," ungkap pria yang sebentar lagi menyandang melati tiga di pundaknya ini.
Awalnya, ujar Guntur, pihak gereja merasa curiga dengan adanya bingkisan tersebut dan menghubungi polisi.
"Hasil pemeriksaan bungkusan itu aman, bukanlah bom. Selanjutnya acara perayaan keagamaan dapat dilanjutkan kembali," kata Guntur.
Sejauh ini, ujar Guntur, perayaan Natal di Provinsi Riau berlangsung aman. Sekitar 3 ribu personel dikerahkan ke tempat keramaian, tempat ibadah dan jalanan untuk memantau arus liburan panjang yang berakhir Senin besok.
Kado Natal Penumpang Terdampar di Selayar
Sementara di Selayar, suasana haru mewarnai perayaan Natal ratusan warga Flores yang terdampar. Keharuan semakin terasa saat Kapolres Kab. Kepulauan Selayar AKBP Eddy Suryantha Tarigan mengajak mereka merayakan Natal di rumah jabatan (rujab) Kapolres.
"Mereka adalah penumpang kapal perintis KM Adi Nusantara yang sudah berada di Selayar selama enam hari dan masih belum bisa melanjutkan perjalanan menuju provinsi NTT karena kondisi cuaca yang belum memungkinkan," kata Eddy kepada Liputan6.com, Senin (26/12/2016).
Eddy mengatakan hanya ingin berbagi kebahagian bersama para warga Flores yang mayoritas beragama Nasrani tersebut karena tidak sempat merayakan Natal bersama keluarganya dengan kondisi yang dialami saat ini.
"Mereka saya suruh jemput oleh personel Polres Kepulauan Selayar di Posko Pelabuhan Benteng dan langsung menuju ke rujab untuk rayakan Natal bersama," kata Eddy.
Pada intinya, kata Eddy, dirinya melakukan hal tersebut tak lain hanya untuk berbagi, rasa solidaritas, serta menumbuhkan rasa kebersamaan. Dia berharap agar Natal kali ini dapat membawa berkah bagi semua orang.
Sementara itu, Lourens Rido, nakhoda kapal KM Adi Nusantara, mengungkapkan rasa terima kasih dan rasa syukurnya telah diundang Kapolres bersama ratusan penumpangnya.
"Syukur tentunya kepada Tuhan dan terima kasih kepada Kapolres Kepulauan Selayar yang mau mengundang kami untuk merayakan Natal bersama di rujab Kapolres. Ini suatu berkah di hari Natal di mana kami masih berada jauh dari keluarga," ujar Lourens.
Advertisement
Pohon Natal dari Benda Istimewa
Anda pasti familiar dengan pohon Natal? Ya, pohon cemara yang hadir tiap 25 Desember biasa disebut pohon Natal. Jika duplikat pohon Natal biasanya terbuat dari plastik, di Kabupaten Jembrana justru pohon Natal terbuat dari barang-barang bekas.
Adalah jemaat di Gereja Katolik Paroki Santo Petrus yang membuat karya unik nan kreatif tersebut. Lantaran mendapat antusiasme tinggi, pohon Natal dari barang bekas itu kemudian dilombakan.
Umumnya, barang bekas yang digunakan untuk membuat pohon Natal adalah koran bekas dan botol minuman. Rata-rata pesertanya anak-anak. Mereka menggunting botol-botol minuman bekas itu sedemikian rupa dengan berbagai hiasan seperti kain yang telah dibuat terlebih dahulu.
Ambrosius Nuryanto, salah seorang peserta yang membuat pohon Natal dari barang bekas, menuturkan ia dan kelompoknya membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang diperlukan.
Ia menghabiskan sedikitnya delapan kilogram kertas koran untuk membuat pohon Natal. Menurut dia, diperlukan kesabaran dan kerja sama untuk menggunting dan menggulung kertas koran.
"Yang penting sabar dan perlu kerja sama tim untuk membuat pohon Natal yang bagus," kata dia di Jembrana, Sabtu, 24 Desember 2016.
Sementara itu, Paulus Made Muriyadi yang membuat pohon Natal dari botol bekas mengaku tak menghitung persis berapa banyak botol bekas yang diperlukannya untuk membuat pohon Natal setinggi tiga meter. Namun, ia menduga jumlahnya mencapai ribuan botol bekas.
Meski dari barang bekas, pohon Natal itu tetap indah dipandang mata lengkap dengan hiasan bunga dan lampu warna-warni. Paulus mengaku tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat pohon Natal tersebut.
Ia dan kelompoknya hanya membutuhkan waktu tiga hari saja. "Kesulitannya merancangnya saja," tutur Paulus.