Liputan6.com, Jakarta Impor daging kerbau asal India berdampak pada pengurangan jumlah sapi yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) di wilayah Jabodetabek. Akibatnya, sapi tersebut bisa didistribusikan lebih banyak ke wilayah luar pulau Jawa.
Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengatakan, biasanya tiap RPH memotong sekitar 15 ekor-17 ekor sapi per hari. Kini RPH-RPH tersebut hanya memotong 9 ekor-11 ekor sapi per hari untuk memenuhi kebutuhan Jabodetabek.
Baca Juga
Advertisement
"Biasanya di RPH ramai, sekarang merosot hingga 30 persen-35 persen. Biasanya mereka potong 15 ekor-17 ekor, sekarang paling hanya 9 ekor, paling banyak 11 ekor," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (26/12/2016).
Meski berkurang, namun Asnawi menilai hal tersebut tidak membuat peternak dan RPH. Khususnya bagi peternak, biasanya sapi-sapi yang tidak dipotong di RPH di Jabodetabek akan dikirim ke wilayah lain di luar Jawa seperti Kalimantan dan Sulawesi.
"Mereka tidak rugi, karena market tidak hanya di Jabodetabek. Mungkin yang terbesar memang 3 provinsi, yaitu Jakarta, Banten dan Jawa Barat, tapi ada juga market di Kalimantan, Sulawesi, harga juga bagus di sana. Jadi mereka bisa kirim lebih banyak (sapi) ke daerah-daerah tersebut," kata dia.
Sementara bagi konsumen, adanya daging kerbau ini menjadi pilihan untuk mendapatkan asupan protein hewan dengan harga yang lebih murah. Hal tersebut dinilai sangat membantu masyarakat, terutama untuk golongan menengah ke bawah.
"Kalau harga daging sapi segar Rp 115 ribu per kg dan daging kerbau hanya Rp 80 ribu, masih ada sisa Rp 35 ribu. Sisa Rp 35 ribu itu kan besar sekali bagi masyarakat berpenghasilan rendah, mereka bisa dapat ayam 1 ekor," tandas dia. (Dny/Gdn)