Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tahun 2004 (220 ribu korban jiwa), Haiti 2010 (230 ribu), Jepang 2011 (20 ribu), Nepal 2015 (8.800) -- sejumlah gempa besar terjadi pada Abad ke-21 dan merenggut banyak korban jiwa.
Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) memprediksi jutaan kali gempa terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Namun, dampak dan bahayanya tak terdistribusi secara merata.
Advertisement
Sebaliknya, kemampuan negara untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana juga tak sama.
Diperkirakan, total ada 283 juta orang terpapar risiko gempa besar di lokasi di mana lempeng-lempeng bumi bertemu, di sekitar patahan -- yang tak hanya berpotensi merusak tapi juga merenggut korban jiwa.
Namun, ancaman tersebut tak menghentikan pembangunan oleh manusia. Faktanya, ada beberapa wilayah yang padat penduduk berada di atas garis patahan paling aktif. Dengan kata lain, sejumlah kota besar di dunia dibangun di atas fondasi yang rapuh.
Penentuan kota besar rawan bencana ini juga didukung data Swiss Re. Perusahaan asuransi global itu menganalisis kerentanan bencana dari 616 kota terbesar di dunia pada 2014 lalu.
Berikut 5 kota besar dunia yang paling berisiko gempa tak terduga, seperti Liputan6.com kutip sebagian dari situs World Atlas dan Business Insider:
1. Tokyo, Jepang
Dari lima potensi bencana alam: banjir, gempa, badai angin kencang (wind storm), peningkatan tinggi permukaan laut akibat siklon tropis (storm surges), dan tsunami -- ancaman terbesar bagi Tokyo adalah lindu dahsyat.
Ibukota Jepang tersebut berada di lingkaran Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Sebanyak 37 juta penduduknya berada dalam bayang-bayang gempa dan bencana alam lainnya.
Ring of Fire adalah lempeng tektonik di Ceruk Pasifik (Pasific Basin) yang bertanggung jawab atas 90 persen gempa yang terjadi di dunia, dan 81 persen lindu terkuat yang pernah melanda dunia.
Tak hanya itu, Jepang juga menjadi rumah dari 452 gunung berapi -- yang membuat Negeri Sakura, secara geografis, menjadi salah satu negara paling rawan bencana.
Menurut Swiss Re, sebanyak 29,4 juta warga Tokyo rentan menghadapi gempa.
Dan, bukan hanya gempa yang berpotensi terjadi, muson, tsunami, dan banjir -- membuat Tokyo menjadi kota yang 'berbahaya'.
Aspek penting untuk memahami ancaman yang dihadapi Tokyo tak hanya soal kerusakan atau korban jiwa -- namun bagaimana dampaknya bagi dunia.
Tokyo adalah salah satu kota paling penting di dunia.
Hari kerja yang hilang sebagai akibat dari bencana akan berdampak bagi perekonomian Jepang juga dunia.
Advertisement
2. Jakarta, Indonesia
Ibukota Indonesia berada dalam posisi genting, ada di urutan kedua kota paling rawan gempa -- dan yang kelima dalam kategori paling berpotensi bencana.
Salah satu alasannya, Jakarta berada di atas Cincin Api Pasifik (Pasific Ring of Fire).
Namun, komplikasi kota yang pada masa lalu disebut Batavia itu tak sampai di situ: kurang dari setengah wilayah Jakarta berada di bawah permukaan air laut, membuat tanahnya lunak (soft soil) -- memberikan respon spektra percepatan gempa lebih besar dibanding tanah sedang dan keras.
Jika gempa besar mengguncang, diperkirakan 17,7 juta warga Jakarta berisiko terdampak.
Sejarah mencatat, sejumlah gempa besar pernah mengguncang Jakarta. Salah satunya pada 5 Januari 1699.
"Lindu berlangsung sangat kencang dan kuat, tak pernah hal seperti itu terjadi sebelumnya. Guncangan berlangsung selama tiga perempat jam," seperti dikutip dari makalah Indonesia’s Historical Earthquakes dari Geoscience Australia.
Gempa tersebut merenggut setidaknya 28 nyawa manusia. Sebanyak 21 rumah dan 29 lumbung hancur.
Saat itu, Gunung Salak meletus. Dari puncaknya setinggi dua ribu meter, gunung itu menyemburkan abu dan batu. Ribuan kubik lumpur muncrat. Puluhan ribu pohon tumbang, menyumbat aliran Sungai Ciliwung, membekap kali dan tanggul di Batavia.
Banjir lumpur tak terelakkan. Oud Batavia mendadak menjadi rawa.
Sementara pada 10 Oktober 1834, tanah beberapa kali bergetar di wilayah Batavia (Jakarta), Banten, Karawang, Buitenzorg (Bogor), dan Priangan.
Pagi harinya, giliran guncangan dahsyat terjadi. Saking kuatnya, getaran bahkan dirasakan hingga Tegal, Jawa Tengah dan Lampung di Sumatera.
Gempa tersebut merusak sejumlah rumah dan bangunan kokoh berdinding batu, termasuk sebuah istana di Weltevreden. Paleis van Daendels/Het Groot Huis, nama bangunan itu, kini menjadi Gedung Kementerian Keuangan RI.
Sejumlah gudang dan rumah juga rata dengan tanah, pun dengan bangunan berdinding batu di Cilangkap yang rusak sebagian.
"Guncangan tersebut diyakini sebagai gempa paling parah yang menimpa wilayah tersebut. Kepanikan meluas di Batavia, namun tak ada korban yang dilaporkan jatuh," seperti dikutip dari makalah Indonesia’s Historical Earthquakes dari Geoscience Australia.
Tak hanya itu, kala Krakatau meletus dahsyat 27 Agustus 1883, guncangannya juga dirasakan Jakarta.
3. Manila, Filipina
Ibu kota Filipina ada pada urutan ke dua setelah Tokyo sebagai kota yang paling berisiko di dunia. Manila rentan terhadap terjangan topan, gunung meletus, tsunami, sementara gempa kerap melanda dengan kekuatan lebih dari 6 skala Richter.
Bahaya yang ditimbulkan oleh gempa bumi terhadap Manila tiga kali lipat dari tempat lain di dunia.
Tentu saja, salah satunya karena lokasinya yang berada di atas Cincin Api Pasifik, yang membuatnya rawan lindu dan letusan gunung berapi.
Faktor lain, sebagian populasi Manila yang berjumlah 1,65 juta jiwa yang berjejal di area seluas 15,4 kilometer persegi, itu membuat bahaya gempa kian besar.
Dengan mempertimbangkan infrastruktur kota saat ini dan daerah sekitarnya yang relatif rentan, diperkirakan bahwa 16,8 juta orang yang hidup di sana akan mengalami cedera, kematian, atau kerugian saat gempa di atas 6,0 SR mengguncang tepat di kota itu.
Advertisement
4. Los Angeles dan San Francisco, AS
Menurut survei Badan Geologi Dunia atau World Geological Survey baru-baru ini, ada peluang lebih dari 99% persen California mengalami gempa besar, hingga 6,7 skala Richter dalam 30 tahun ke depan.
Dan, meski Los Angeles dan San Francisco terhitung sangat maju, dua kota di negara bagian California itu tidak sepenuhnya siap menghadapi guncangan.
Potensi gempa kedua kota di Amerika Serikat itu terkait dengan patahan San Andreas yang menggeliat dan melepaskan energi yang memicu guncangan dahsyat.
Patahan atau sesar San Andreas memiliki panjang 1.300 km, membentuk batas tektonik antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara. Ia membentang bak bekas luka hingga ke California Selatan.
Sesar tersebut dianggap sebagai salah satu patahan paling berbahaya, dan bertanggung jawab atas sejumlah lindu besar dalam sejarah. Termasuk, gempa 7,8 skala Richter San Fransisco 18 April 1906 yang menewaskan 3.000 orang dan memicu kebakaran hebat.
Juga gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter di Baja, California pada Minggu 4 April 2010. Setidaknya dua orang tewas dan 100 orang terluka dalam musibah itu.
Pertanyaan sudah lama terbesit, kota mana di California yang akan jadi korban gempa selanjutnya, LA atau San Fransisco?
Ancaman tak sampai di situ. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Zona Subduksi Cascadia atau Cascadia Subduction Zone yang berada dekat San Fransisco, Vancouver, dan Portland berpotensi memicu gempa lebih dahsyat daripada San Andreas.
Gempa yang berpotensi dipicu aktivitas Sesar Cascadia bahkan bisa mencapai 9 skala Richter -- yang berpeluang terjadi sekali dalam beberapa abad.
5. Osaka, Jepang
Osaka, Jepang menempati urutan ke lima paling rentan gempa. Sebanyak 14,5 juta penduduknya berisiko terdampak lindu.
Seperti halnya Tokyo, Osaka juga terletak di atas Cincin Api Pasifik. Kota terbesar kedua di Jepang itu juga rentan empat bencana alam lainnya.
Bahkan, terkait agregat 5 bencana alam, Osaka menempati peringkat ketiga setelah Tokyo, Manila, dan Pearl River Delta ( yang terancam badai dan banjir, bukan gempa)
Efek bencana akibat hilangnya produktivitas di Osaka tak hanya mengancam perekonomian Jepang, tapi dunia.
Bencana alam di Osaka bahkan menempati peringkat keempat terkait dampak secara global -- setelah Tokyo, LA, dan San Fransisco.
Ancaman terbesar bagi Osaka adalah tsunami dan badai gelombang, dua bencana yang punya kecenderungan menguatkan satu sama lain.
Advertisement