Liputan6.com, Damaskus - Militer Suriah mengintensifkan serangan udara ke kawasan lembah di barat laut Damaskus yang dikuasai pemberontak.
Mereka ingin merebut kembali daerah strategis itu di mana terdapat jalur pasokan air utama yang memenuhi kebutuhan sebagian besar warga ibu kota.
Advertisement
Pemberontak mengatakan militer Suriah menembaki dan membombardir beberapa kota di lembah Wadi Barada yang terletak sekitar 18 kilometer di barat laut Damaskus. Serangan telah ditingkatkan sejak Jumat lalu.
"Jalan-jalan menuju ke sejumlah kota di kawasan lembah dan tebing gunung yang mengelilingi daerah itu berada di bawah kontrol Pengawal Republik dan kelompok Hizbullah Lebanon," demikian penjelasan pemberontak Suriah seperti dilansir Reuters, Selasa (27/12/2016).
Sementara itu, warga mengatakan, pertempuran pada Senin kemarin difokuskan di desa Baseimeh di tepi lembah di mana militer Suriah dan sekutunya mencoba meringsek masuk lebih dalam. Terdapat 10 desa di sana yang dihuni sekitar 100 ribu orang.
Kelompok anti-rezim Suriah itu mengatakan pasukan pro-Assad tengah berupaya mendapatkan kontrol penuh atas Aleppo dan memaksa mereka keluar dari kawasan itu. Atau keduanya akan terlibat perang habis-habisan.
"Mereka berusaha mendorong kami untuk menyerah dan kami tak akan memberikan tanah kami," kata Abu al Baraa, komandan Ahrar al Sham, kelompok pemberontak di kawasan itu.
Melalui serangkaian penyerangan, pemerintah Suriah yang didukung sekutunya, Rusia dan Iran terus menekan pemberontak di sekitar Damaskus.
Jalur pasokan air utama berada di sepanjang jalan dari Damaskus menuju ke perbatasan Lebanon. Ini juga digunakan sebagai jalur suplai bagi kelompok Hizbullah yang didukung kuat Iran dan sangat terlibat dalam perang mendukung rezim Presiden Assad.
Seorang warga dan sejumlah pemberontak mengatakan, pengeboman udara telah merusak pipa air bawah tanah yang biasanya menyediakan sekitar 65 persen air ke wilayah ibu kota.
Mereka juga mengklaim serangan tersebut telah menewaskan 14 warga sipil, menghancurkan sebuah klinik medis, satuan pertahanan sipil di daerah itu telah dikepung dengan akses terbatas untuk mendapat makanan dan bahan bakar.
Militer Suriah menegaskan bahwa serangan itu menargetkan para "teroris". Mereka menuding pemberontak telah mencemari air dengan bahan bakar diesel.
Dari sisi pemberontak, mereka mengatakan telah memungkinkan para pihak berwenang untuk memelihara dan mengoperasikan stasiun pompa air serta mensuplainya ke kota sejak kawasan itu mereka ambil alih pada tahun 2012.
Namun suplai air sempat beberapa kali dihentikan sebagai upaya untuk menekan militer Suriah menduduki kawasan tersebut. Meski demikian mereka membantah telah meracuni air.
"Karena jika meracuni air kami yang akan pertama kali terkena dampaknya," ujar mereka.