Gangguan Stres Pascatrauma Bisa Diobati Dengan Ekstasi?

Kandungan MDMA yang ada dalam ekstasi terbukti ampuh mengobati ratusan tentara AS yang menderita PTSD.

oleh Adanti Pradita diperbarui 27 Des 2016, 18:23 WIB
Kandungan MDMA yang ada dalam ekstasi terbukti ampuh mengobati ratusan tentara AS yang menderita PTSD.

Liputan6.com, Jakarta Ekstasi yang dari dulu selalu dinilai negatif lantaran tergolong sebagai narkoba, kini dianggap memiliki dampak positif lantaran ampuh membantu pasien dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD) pulih dari kondisinya.

Kandungan MDMA yang ada dalam ekstasi terbukti bisa membuat kondisi penderita PTSD lebih baik.

Menanggapi kesuksesan kandungan MDMA dalam ekstasi untuk memulihkan pasien PTSD, Food and Drug Administration di Amerika Serikat berniat untuk mengizinkan penggunaannya untuk kebutuhan medis ke depannya.

Namun sebelum memberikan keputusan soal meresmikan perizinan penggunaan MDMA ekstasi, mereka harus melalukan uji klinis berskala besar terlebih dahulu sebagai tahap terakhir guna memastikan tidak ada dampak buruk yang tak diinginkan nantinya.


Menyaingi keampuhan obat penenang

Semua ini berawal dari ungkapan sejumlah tentara AS yang sebelumnya berjuang di Irak pada tahun 2007 lalu. Mereka mengaku bahwa pengalaman mereka begitu mengerikan sekaligus memilukan sampai akhirnya mereka menderita PTSD.

“Otak saya bekerja terus tiada henti, kewaspadaan saya begitu tinggi sampai rasanya lelah karena selalu diiringi kecemasan berlebih. Saya bersikap aneh di rumah dan itu memberikan dampak buruk pada keluarga saya,” kata salah satu tentara yang selamat dari ledakan bom mobil di Irak, Tony Macie saat diwawancarai The Independent, mengutip Selasa (27/12/2016).

Pria berusia 29 tahun ini kemudian menceritakan bagaimana ia kerap merasa cemas, depresi dan susah tidur. Ia mengonsumsi obat penghilang rasa sakit, anti-depresan dan juga minum alkohol agar bisa pulih kembali seperti orang normal.

Semua upayanya itu ternyata sia-sia karena kondisinya justru memburuk. Ia kemudian coba menggunakan ekstasi yang mengandung MDMA untuk mengatasi masalah kejiwaaanya itu.

Hasilnya pun cukup mengejutkan—hanya sekali pemakaian, kondisinya membaik.

“MDMA tersebut membantu saya hadapi rasa trauma tanpa rasa takut atau pun cemas, saya pun bisa melanjutkan hidup saya dengan normal,” jelasnya.

Ia menambahkan, “Hal itu telah mengubah hidup saya sepenuhnya.”


Solusi sekaligus sumber masalah

Tidak lama kemudian, cara yang sama diterapkan pada lebih dari 100 tentara yang tercatat mengalami kondisi serupa dengan Tony.

Semua hasilnya memuaskan, setiap individu diketahui lebih bahagia dan sisi kemanusiaan yang lama terkubur akhirnya bisa muncul kembali.

Kesuksesan tersebutlah yang pasalnya menjadi alasan di balik keputusan Food and Drugs Agency AS untuk kemungkinan besar memperbolehkan penggunaannya untuk kebutuhan medis ke depannya.

Kendati terbukti membantu pasien penderita PTSD, psikolog di Swansea University, Andrew parrott menegaskan bahwa bagaimana pun ekstasi dan MDMA yang dikandungnya tetaplah narkoba yang kekurangannya juga tidak kalah banyak dari manfaatnya.

“Iya memang jadi solusi, tapi sering kali jadi sumber masalah juga,” tutupnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya