Jokowi: Tender Harus Profesional, Menang Bukan karena Teman

Jokowi ingin pelaku bisnis yang ingin memenangkan tender harus mampu bersaing, karena saat ini adalah musim berkompetisi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Des 2016, 16:05 WIB
Presiden Joko Widodo semakin tegas dan jelas, meminta seluruh Kementerian dan Lembaga (K-L) untuk mendukung total sektor pariwisata.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar setiap proses tender di sektor minyak dan gas (migas) dilakukan dengan bersih. Jokowi tak ingin ada permainan atau kongkalikong dalam proses tender. Oleh sebab itu, dibutuhkan sikap profesional dalam setiap kegiatan bisnis.

Jokowi menjelaskan, pemerintah selalu terbuka dalam setiap proses tender. Semua pihak boleh terlibat ikut dalam kegiatan tender program atau proyek milik pemerintah. Namun harus perlu menjadi catatan, semua pihak yang ikut tender harus profesional dengan mengikuti tata cara yang berlaku.

"Silahkan kirim-kirim gas ke Pertamina ke PLN, kirim batu bara Ke Pertamina ke PLN silahkan, tapi tolong junjung tinggi profesionalisme untuk bersaing," kata Jokowi, saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP), Lahendong Unit 5 dan 6, di Topaso Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu (27/12/2016).

Menurut Jokowi, dalam proses penunjukan pemenang tender, pemerintah mempertimbangan banyak komponen. Pertama harga harus bersaing. Namun bukan berarti harga yang paling rendah akan memenangkan tender. Pemerintah tetap akan melihat kualitas.

jokowi menekankan tidak akan memilih pemenang tender berdasarkan kedekatan atau kekerabatan. " Tender yang baik yang harganya murah tapi berkualitas, itu yang dipilih. Bukan karena kedekatan, bukan kerena pertemanan,"‎ ucap Jokowi.

Pelaku bisnis yang ingin memenangkan tender harus mampu bersaing, karena saat ini adalah musim berkompetisi. "Sekarang harus bersaing musimnya berkompetisi," tegasnya.

Jokowi bukan tanpa sebab berkomentar soal tender. Hal tersebut keluar tekait dengan penyebab mahalnya harga listrik dari pembangkit listrik berbasi Energi Baru Terbarukan (EBT).

Menurutnya, penyebab mahalnya harga listrik dari pembangkit berbasis EBT di Indonesia karena telalu banyak beban biaya yang seharusnya tidak perlu masuk dalam pembentukan harga listrik.

Beban biaya tersebut muncul dari terlalu banyak pihak yang bertindak sebagai perantara dalam proyek ‎pembangunan pembangkit. "Terlalu banyak orang di tengah, terlalu banyak yang brokerin, terlalu banyak yang mengakali. Benar atau tidak?" tutup Jokowi.(Pew/Gdn)

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya