Liputan6.com, Jakarta Carrie Fisher meninggal dunia pada usia 60 tahun, Selasa (27/12) kemarin. Carrie Fisher paling dikenal sebagai Princess Leia Organa di franchise Star Wars. Ibu satu anak ini bahkan dikenal sebagai ikon budaya populer berkat perannya tersebut.
Namun, bukan hanya perannya sebagai Princess Leia saja yang diwariskan Carrie Fisher untuk dunia. Aktris ini juga dikenal dengan perjuangannya dan upayanya yang sangat vokal dalam upaya menghilangkan stigma negatif dari gangguan mental.
Advertisement
Carrie Fisher meninggal karena serangan jantung. Namun, mantan istri penyanyi Paul Simon ini juga memiliki sejarah panjang penyalahgunaan narkoba pada 1970 dan 1980. Semua pengalamannya dengan obat-obatan terlarang tadi dia tuangkan menjadi komk berjudul Postcards From the Edge.
Pada 1985, Carrie Fisher didiagnosis memiliki gangguan bipolar. Tahun 90-an, dia berbicara secara terbuka tentang diagnosis gangguan mental-nya, dan pengalamannya dengan depresi.
"Aku dulu berpikir aku adalah seorang pecandu narkoba--hanya seseorang yang tak bisa berhenti menggunakan narkoba dengan sukarela," Carrie Fisher mengungkapkan pada Diane Sawyer di tahun 1995. "Dan itulah aku. Namun ternyata, aku menderita depresi manik yang sangat parah."
Selalu bicara secara vokal
Menderita gangguan mental, Carrie Fisher tidak pernah berlaku sebagai korban. "Aku berharap bisa mendapatkan artikel utama di Pyschology Today," ujarnya pada situs kesehatan WebMD. "Akulah yang menentukan (gangguan bipolar), bukannya penyakit itu yang menentukanku."
Menurut psikiater Sally Satel dari Slate.com, dikutip Rabu (28/12/2016), pola pikir Carrie Fisher ini sangatlah sehat. Carrie Fisher berbicara secara terbuka dan jujur tentang kondisinya, dan dengan melakukan hal itu, sang Princess Leia ini menawarkan banyak pelajaran yang bisa dipetik oleh penderita gangguan mental yang lain.
Pada 2013, Carrie Fisher berbicara pada majalah People. "Satu-satunya pelajaran untukku, atau semua orang, adalah kamu harus mencari bantuan," ujarnya.
"Aku memiliki kadar kimiawi yang tidak seimbang, dan di beberapa negara bagian yang ekstrem, hal itu akan membuatku masuk rumah sakit jiwa," lanjutnya. "Aku sakit jiwa. Aku bisa bilang begitu. Aku tidak malu. Aku berhasil melaluinya, aku masih melaluinya, tapi siapa takut."
Advertisement
Ingin menghilangkan stigma
Dalam wawancaranya dengan The Associated Press di tahun 2009, Carrie Fisher mengatakan dia berharap bisa menghilangkan stigma dari gangguan mental.
"Orang-orang merasa terhubung dengan beberapa aspek dalam ceritaku, dan hal itu baik untukku karena aku tidak sendirian menjalaninya," ujarnya. "Dan juga, aku percaya, rahasiamu adalah sakitmu. Dan jika itu benar, maka aku benar-benar sehat (karena tidak merahasiakan penyakitnya)."
Melalui kolon di media Inggris, the Guardian, bulan lalu, Carrie Fisher memberikan nasehat bagi orang-orang dengan gangguan kesehatan mental.
"Kita sudah diberikan penyakit yang menantang, dan tidak ada pilihan lain kecuali melawan tantangan tadi," tulisnya untuk seorang pembaca dengan gangguan mental.
"Anggap saja ini kesempatanmu untuk pahlawan--bukan kepahlawanan "aku berhasil hidup di daerah konflik saat terjadi penyerangan", tapi perjuangan emosional. Suatu kesempatan untuk menjadi contoh yang baik untuk orang lain yang mungkin memiliki gangguan yang sama. Itulah kenapa penting untuk menemukan komunitas--betapapun kecilnya--orang-orang lain dengan bipolar, untuk berbagi pengalaman dan menemukan kedamaian di persamaan tadi."
Carrie Fisher juga menekankan, "Sesulit-sulitnya hal itu terlihat, kamu akan melampaui penyakitmu. Kamu sudah melakukan lebih dari yang sudah aku lakukan saat seumurmu, dan hal itu sangatlah berani."
Kematian Carrie Fisher memicu banjir pujian terhadap perjuangannya di bidang kesehatan mentall.