Liputan6.com, Beijing - Kapal induk China, Liaoning, yang sebelumnya sempat melintasi perairan terbuka di Samudra Pasifik dan Laut China Selatan kini sudah berlabuh di Provinsi Hainan. Demikian pernyataan seorang perwira senior militer Taiwan.
Menurut Taiwan, Liaoning sempat mengitari wilayah perairan yang berada di luar zona identifikasi pertahanan udara menuju ke arah timur dan selatan. Lalu kapal induk itu berlayar ke bagian atas Laut China Selatan sebelum akhirnya bersandar di Hainan, "rumah" bagi pangkalan angkatan laut China.
"Kapal induk Liaoning telah berada di pangkalan militer Hainan. Kami akan terus memantau perkembangannya," ujar seorang pejabat militer senior Taiwan seperti dikutip dari Reuters, Rabu, (28/12/2016).
Masih menurut sumber yang sama, Tiongkok telah menguji sistem kerja kapal induk dan koordinasi dengan peralatan militer lainnya. Dan berlabuhnya Liaoning di Hainan ditegaskannya bukan pertanda bahwa misi telah usai.
Sementara itu, Tiongkok menegaskan bahwa aktivitas Liaoning tersebut merupakan latihan rutin dan tidak melanggar hukum internasional. Menurut media resmi pemerintah, rumah bagi kapal induk itu ada di Qingdao, sebuah kota pelabuhan di timur laut China.
Terkait pergerakan kapal induk China itu, Taiwan sempat mengeluarkan peringatan bahwa "ancaman musuh kian berkembang dari hari ke hari."
Baca Juga
Advertisement
"Kita harus selalu menjaga kewaspadaan tempur. Kita perlu memperkuat pelatihan (tentara) sehingga mereka tidak hanya bisa bertahan melainkan juga menghancurkan musuh dan menuntaskan misi," ujar Menteri Pertahanan Taiwan, Feng Shih-kuan.
Manuver kapal induk China ini terjadi ditengah ketegangan negara itu dengan Taiwan. Penyebabnya, beberapa waktu lalu, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen menghubungi presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump via sambungan telepon.
Bagi Beijing hal tersebut sangat sensitif mengingat untuk pertama kalinya seorang presiden terpilih AS atau presiden AS berdialog dengan Taiwan. Sejak era Presiden Jimmy Carter, AS sudah mengalihkan pengakuan diplomatiknya dari Taiwan ke China.
Hingga saat ini Washington mengakui Taiwan sebagai bagian dari "satu China."
Langkah "berani" Tsai yang berbicara langsung dengan Trump membuat China curiga, Taiwan ingin mendorong kemerdekaan resminya. Namun di lain sisi, presiden perempuan pertama Taiwan itu menegaskan ingin menjaga perdamaian dengan Tiongkok.
An Fengshan, juru bicara kantor urusan Taiwan China mengatakan, Tiongkok akan mengerahkan segala upaya untuk mencapai "reunifikasi damai."
"Pada saat yang sama, posisi kami teguh untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial negara dan kami tidak akan pernah mengizinkan pasukan separatis kemerdekaan Taiwan memisahkan Taiwan dari China melalui cara apapun," kata An.
Dalam bulan ini, Tiongkok dilaporkan telah melakukan latihan jarak jauh di kawasan Laut China Selatan. Beijing mengklaim itu bagian dari latihan rutin.