Kaleidoskop Bisnis Oktober: Harga BBM Papua Sama dengan di Jawa

Pemerintah ingin menerapkan program BBM satu harga di seluruh Indonesia untuk wujudkan keadilan.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Des 2016, 07:45 WIB
Petugas mengisi BBM pada sebuah mobil di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (1/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mewujudkan keadilan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Salah satunya dengan mencanangkan program BBM satu harga pada 18 Oktober 2016.

Pemerintahan Jokowi yang ingin harga BBM sama di seluruh Indonesia menjadi salah satu topik yang paling menarik perhatian pembaca di kanal bisnis Liputan6.com pada Oktober 2016.

Pemerintah mengharapkan harga BBM sama merata di Indonesia dilaksanakan pada 2017. Mulanya, Papua, menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi perhatian Presiden Jokowi untuk mewujudkan keadilan harga BBM di Indonesia. Bukan tanpa alasan Jokowi ingin harga BBM di wilayah barat juga bisa sama di Papua.

Ia pernah menceritakan dasar permintaan harga BBM di Papua dapat sama dengan wilayah lain lantaran mendapatkan laporan langsung dari masyarakat soal tingginya harga BBM di wilayah mereka yang sangat jauh di atas penetapan pemerintah. Harga BBM dapat mencapai Rp 60 ribu bahkan Rp 100 ribu per liter.

"Saya sering kali mendapatkan informasi dari masyarakat waktu salaman, bisik-bisik ke saya jika BBM di sini harga Rp 60 ribu waktu di Wamena. BBM di sini kadang sampai 100 ribu. Kemarin ke kapolda saya cek apa benar harga seperti itu dan betul ternyata," ujar Jokowi pada Selasa 18 Oktober 2016.

Untuk mewujudkan harga BBM dapat merata di seluruh Indonesia, Presiden Jokowi meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan PT Pertamina (Persero) agar mencari strategi membuat harga BBM di Indonesia bisa sama.

Menteri BUMN Rini Soemarno dan Pertamina bergerak cepat untuk menemukan solusi agar melaksanakan program BBM satu harga di Indonesia. Apalagi Pemerintah pun memastikan tidak memberikan subsidi pada program BBM satu harga di seluruh Indonesia. Hal ini juga agar tidak bebani keuangan negara.

Rini menuturkan upaya agar menyamakan harga BBM di seluruh Indonesia dilakukan Pertamina dengan berbagai cara. Misalkan memetakan kondisi harga di wilayah hingga penyediaan infrastruktur untuk bisa menurunkan harga BBM tersebut.

Rini menambahkan, Pertamina juga melakukan subsidi silang untuk menerapkan program BBM satu harga terutama di Papua.

Harga BBM di Papua yang dahulu bisa tembus Rp 100 ribu maka dengan ada program itu harga BBM sama yang ditetapkan pemerintah. Harga Premium dapat mencapai Rp 6.450 per liter dan Rp 5.150 untuk solar pada Oktober.

Jokowi pun mengharapkan dengan harga BBM di Papua sama dengan di wilayah barat maka diharapkan ada pergerakan ekonomi. Ia juga meminta program BBM satu harga ini dapat dirasakan seluruh masyarakat. Selain itu, pelaksanaan program BBM satu harga dapat diawasi ketat sehingga tidak ada lagi pihak yang mengambil keuntungan sepihak dari harga BBM di Papua.


Kenapa Mahal?

Suasana pengisian BBM di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (22/7/2015). PT Pertamina (Persero) akan menjual produk bensin baru yakni Pertalite RON 90 pertama kali pada Jumat (24/7). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kenapa Mahal?


Pemerintah melalui Kementerian ESDM menyatakan harga BBM dapat lebih tinggi di daerah terpencil ketimbang wilayah lainnya lantaran belum ada fasilitas penjualan resmi. Para pengecer pun bebas menjual BBM dengan harga sesuai keinginan mereka.

"Jadi selama ini yang harga tidak sama bukan di SPBU, tapi di pengecer di luar jalur penyalur. Jadi yang tidak resmi," ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja.

Selain itu, kondisi infrastruktur dan geografis sejumlah wilayah dapat menjadi kendala utama untuk menyalurkan BBM. Ini juga yang membuat biaya mengangkut BBM menjadi sangat tinggi lantaran sebagian besar harus diangkut dengan transportasi udara. Salah satu contohnya di Papua.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pun mengakui kondisi wilayah di Papua berupa pegunungan dan pedalaman yang sulit terjangkau membuat masyarakat di beberapa wilahan di Papua harus membeli BBM dengan harga sangat mahal. Hal itu makin parah bila kondisi pasokan terganggu. Oleh karena itu, Pertamina juga akan menjaga kelancaran pasokan agar tidak menciptakan kelangkaan.

Adapun kebutuhan BBM di Papua sendiri mencapai 28 ribu kiloliter (kl) untuk Premium dan 12 ribu kl untuk Solar per bulan.

Namun berkat program  BBM satu harga tersebut, masyarakat di delapan wilayah di Papua dapat menikmati harga BBM lebih murah. Ini sejak pemerintah terapkan program BBM satu harga sejak Agustus 2016.

Kedelapan wilayah tersebut, yakni Kabupaten Pegunungan Arfak (Papua Barat), Puncak, Memmbramo Raya, Nduga, Membramo Tengah, Yalimo,Tolikara dan Intan Jaya. Warga di kedelapan wilayah ini, bisa menikmati harga BBM Premium, Solar dan lainnya sesuai dengan harga pasar yang ditetapkan Pertamina.

Selama ini penyaluran BBM di Papua maupun beberapa wilayah lain dilakukan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Agen Premium Minyak dan Solar (APMS).

Namun masih terdapat beberapa wilayah yang belum terjangkau sehingga membuat harga BBM sangat mahal hingga mencapai Rp 100 ribu per liter seperti terjadi di Papua.

Kementerian ESDM pun memperkuat program BBM satu harga tersebut dengan Peraturan Menteri ESDM. Hal ini agar program BBM satu harga tersebut dapat dirasakan hingga wilayah terpencil di Indonesia sehingga memberikan rasa keadilan untuk masyarakat Indonesia.

"Kami akan buat aturan yang fair supaya masyarakat menikmati BBM satu harga," ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Selain itu Pemerintah juga tidak hanya mengandalkan Pertamina untuk mewujudkan program BBM satu harga. Pemerintah juga akan melibatkan badan usaha lain yang telah menjual BBM di Indonesia dengan membangun SPBU.

Badan usaha lain yang selama ini ikut jual BBM di Indonesia antara lain PT Total Oil Indonesia, AKR Corporindo, PT Shell Indonesia. Badan usaha ini dapat menggunakan subsidi silang untuk menomboki biaya distribusi BBM di wilayah terpencil.

Awasi Ketat

Anggota Komisi VII DPR Satya Widya Yudha meminta pemerintah ketat mengawasi program BBM satu harga di seluruh Indonesia lantaran rawan terjadi penyalahgunaa. Oleh karena itu, program itu juga harus disikapi semua pihak termasuk aparat keamanan.

Apalagi murahnya harga BBM dapat dimanfaatkan oknum yang ingin raih keuntungan dengan menimbun dan menjual ke konsumen yang tidak berhak menggunakan seperti industri.


Pertamina Tak Rugi

Petugas mencetak struk di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.900/liter menjadi Rp.6.700/liter. Harga baru itu akan berlaku mulai Jumat, 9 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pertamina Tak Rugi

Pertamina mendapatkan tugas untuk dapat melaksanakan program BBM satu harga.  Pertamina menyebutkan penetapan wilayah untuk program BBM satu harga ini pun memiliki tiga acuan. Pertama, wilayah itu merupakan daerah terdepan berbatasan langsung dengan wilayah negara lain yaitu Krayan, Entikong di Kalimantan.

Kedua, wilayah tersebut merupakan daerah terluar. Ketiga, wilayah tersebut merupakan daerah terpencil. Wilayah itu tidak memiliki akses kemana pun meski memiliki penghuni yang masih warga Indonesia.

Untuk menyalurkan BBM ke wilayah terpencil misalkan di Papua, Pertamina harus merogoh kocek sekitar Rp 800 miliar per tahun. Anggaran itu untuk memasok harga BBM di Papua agar sama seperti di wilayah lain.

Pertamina juga menanggung semua biaya antara lain ongkos angkut dan pengadaan fasilitas infrastruktur yang ditetapkan mengacu pada kondisi wilayah tersebut. Pertamina sebagai BUMN memiliki peran ganda yaitu dapat menguntungkan dan sekaligus menjadi agen pembangunan.

"Biaya untuk suplai BBM ke seluruh wilayah tersebut baik dengan pesawat umum maupun khusus, via sungai dan darat, menjadi tanggung jawab (subsidi dari) Pertamina. Ini merupakan bagian program pemasaran Pertamina. Sebab, Pertamina sebagai BUMN, selain harus untung tetap harus menjadi agen pembangunan," tutur Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang.

Oleh karena itu, agar dapat menjalankan tugas menerapkan program BBM satu harga, Pertamina harus lebih kerja keras membangun efisiensi. Selain efisiensi, pertamina juga membuat SPBU mini untuk memudahkan menikmati BBM sesuai harga resmi. SPBU mini akan dibangun di wilayah yang jauh dari SPBU.

Pemerintah juga menyatakan agar Pertamina tidak rugi menerapkan program BBM satu harga maka dikaji subsidi silang.

Menteri ESDM Ignasius Jonan juga meminta kepada Pertamina tidak terlalu mempermasalahkan program BBM satu harga. Meski Pertamina mensubsidi secara internal anggaran Rp 800 miliar per tahun untuk Papua, namun subsidi yang dilakukan sudah menjadi kewajiban Pertamina. Ini juga makna dari kebijakan BBM satu harga untuk keadilan masyarakat di Indonesia.

"Pak Dirut Pertamina bilang kebijakan BBM satu harga ini ada tambahan Rp 800 miliar, keuntungan Pertamina itu Rp 40 triliun, kan tergerus tidak seberapa, ini untuk keadilan," ‎kata Jonan.


Manfaat BBM Satu Harga

Kendaraan bermotor bersiap mengisi bahan bakar minyak di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (24/12). BPH Migas menyatakan kuota BBM bersubsidi tinggal 1,7% atau 782.000 kiloliter dari total yang dianggarkan dalam APBN-P 2014. (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Manfaat BBM Satu Harga

Program BBM satu harga ini tidak hanya mewujudkan keadilan dengan harga BBM merata di seluruh Indonesia. Akan tetapi juga berdampak ke ekonomi daerah terpencil. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menuturkan, harga BBM yang tinggi di daerah terpencil seperti Papua membuat barang mahal lantaran biaya produksi dan distribusinya juga mahal.

Adanya program BBM satu harga diharapkan dapat menurunkan biaya produksi dan distribusi barang sehingga harga barang yang dibeli masyarakat akan lebih murah dan meningkatkan daya beli. Tak hanya itu diharapkan juga dapat menciptakan lapangan kerja.

Program BBM satu harga ini juga diharapkan dapat menekan biaya logistik di Indonesia. Saat ini biaya logistik Indonesia menjadi salah satu yang termahal di dunia. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi Kemenkeu Susiwijono Moegiarso menuturkan, selama ini porsi BBM untuk biaya logistik cukup besar. Kontribusi BBM terhadap biaya logistik mencapai 28 persen. Komposisi ini dinilai cukup besar.

"Kalau logistik sangat besar masih 28 persen. Itu konsennya supaya komponen biaya logistik. Bisa dibilang harga BBM satu itu sangat membantu pelaku logistik," ujar dia.

Selain itu, program BBM satu harga juga mendapat respons positif dari PLN. Hal itu lantaran dapat mengurangi biaya produksi listrik di daerah terpencil. Selama ini PLN membeli BBM untuk bahan bakar pembangkit dengan harga ditetapkan pemerintah.

Namun karena biaya angkut BBM itu ditanggung  PLN, harga BBM menjadi mahal khusus untuk wilayah terpencil sehingga biaya angkut dibebankan pada biaya pokok produksi. Oleh karena itu, program ini dapat membuat biaya angkut BBM lebih murah.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya