Liputan6.com, Jakarta Klaustrofobia, alias rasa takut berlebihan terhadap ruang atau tempat sempit, sebenarnya bukanlah fobia yang asing. Hampir 10 persen penduduk dunia, menurut Health Research Funding, dikutip Kamis (29/12/2016), mengalami gangguan ini.
Orang yang memiliki klaustrofobia biasanya memiliki gejala yang beragam, namun serupa. Seperti: berkeringat dingin, mual, jantung berdetak kencang, sampai sesak napas.
Advertisement
Mengutip Health Research Funding, berikut beberapa statistik tentang klaustrofobia:
1. Perasaan paling sering yang dialami penderita klaustrofobia adalah perasaan atau ketakutan keilangan kontrol.
2. Banyak orang yang hidup dengan klaustrofobia tidak pernah didiagnosis secara formal. Mereka hanya berusaha sebisa mungkin untuk menghindari ruangan sempit.
3. Terkadang, anak-anak dengan orangtua yang klaustrofobik juga akan menderita klaustrofobia. Ini karena mereka mengasosiasikan ruangan sempit dengan rasa takut orangtua, yang membuat mereka merasa tak berdaya karena tak bisa menenangkan orangtuanya.
4. Wanita lebih rentan menderita klaustrofobia dibanding pria. Dua kali lipat wanita menderita gangguan kepanikan dibandingkan jumlah penderita pria.
5. Ada tiga tipe fobia--sosial, agorafobia, dan spesifik--yang mempengaruhi sampai 10 persen populasi dunia.
6. Orang dengan kecerdasan di atas rata-rata lebih rentan menderita klaustrofobia dibanding mereka dengan kecerdasan rata-rata.
7. Orang kulit putih non hispanik adalah yang paling rentan memiliki serangan cemas dan gejala kepanikan dibanding etnis lain.
8. Lima puluh persen anak-anak yang mengalami gejala kecemasan di masa kecil akan mengembangkan gangguan kecemasan saat dewasa.
9. Fobia spesifik menyerang orang di segala usia.
10. Amerika Serikat memiliki berbagai kriteria diagnosis fobia paling banyak dibanding semua negara lain di dunia.