Liputan6.com, Toomebridge - Kiprah Marc Marquez di MotoGP musim ini menuai pujian dari berbagai kalangan, termasuk Eugene Laverty. Mantan pembalap Aspar Racing Team itu menilai, Si Bayi Alien memiliki gaya balap yang lebih efektif ketimbang pesaingnya Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini didasari pada minimnya kesalahan yang dilakukan Marquez selama 18 putaran di kalender MotoGP. Itu sebabnya, pembalap Honda sukses keluar sebagai raja di kelas utama 1000cc musim ini mengalahkan Rossi dan Lorenzo.
Faktor itulah yang membedakan tingkat kedewasaan seorang pembalap selama berada di arena pacuan kuda besi. Karena Marquez selalu mencoba untuk meminimalisir kesalahan sembari berharap dapat melewati garis finis ketimbang gagal menyelesaikan balapan.
Fakta itu semakin diperkuat dengan penampilan Marquez, Rossi, dan Lorenzo di MotoGP musim ini. Marquez tercatat hanya sekali gagal menyentuh garis finis yang terjadi di GP Australia. Sementara Lorenzo mengoleksi tiga kali disusul Rossi empat kali gagal menyelesaikan balapan.
Menurut Laverty, ada tiga faktor yang mengantarkan Marquez merebut keberhasilan di musim ini. Berikut tiga faktor penilaian Laverty dari hasil wawancara dengan Speedweek, Kamis (29/12/2016)
Kecepatan dan Gaya Balap
Kecepatan
Laverty menilai Marquez adalah salah satu pembalap tercepat di musim ini. Karena di setiap putarannya dia terlihat sangat cepat dan konsisten.
Tak jarang, Marquez melakukan manuver-manuver berbahaya dengan kecepatan tinggi, saat menyalip rivalnya di lintasan. Aksi-aksi ini juga menjadi hiburan tersendiri bagi penonton.
"Jelas, Marc Marquez adalah pembalap tercepat di dunia saat ini," ujar Laverty.
Gaya Balap
Bicara mengenai keberanian Marquez di lintasan balap sudah tak diragukan lagi. Saat memulai debutnya bersama tim Honda pada 2013 lalu, tak sedikit pembalap yang mengeluhkan gaya balap kakak kandung Alex Marquez tersebut.
Pada musim ketiga keberanian Marquez justru berakibat fatal mengingat ia gagal menyelesaikan 5 balapan. Sehingga dia gagal mencetak hattrick setelah rekan senegaranya, Lorenzo, mencuri gelar dari tangannya di tahun 2015.
Pengalaman buruk tersebut dijadikannya pembelajaran yang sangat berharga dan Laverty menilai Marquez memiliki gaya balap yang efektif. Itu sebabnya, pemilik nomor 93 sukses merayakan gelar juara kelimanya di ajang balap kuda besi di kampung halaman.
"Marquez tidak melakukan banyak kesalahan. Itu berbeda ketika Anda melihat pembalap lain karena pasti Anda akan menemukan kesalahan kecil," ujar Laverty.
Advertisement
Masalah Pengereman
Bagian terakhir adalah masalah pengereman. Laverty menilai Marquez pandai memahami kelemahan lawannya, itu sebabnya dia pantas disebut sebagai pembalap komplet.
Dalam beberapa kesempatan Marquez pernah menyebut jika dirinya mencoba mengadopsi gaya Rossi dan Lorenzo. Karenanya dia selalu memanfaatkan untuk bejalar banyak dari pesaingnya ketika berada di belakangnya sembari menunggu momen yang tepat untuk menyalipnya.
Dari kacamata Laverty, masalah pengereman ini yang menjadi bukti jika Marquez adalah pembalap hebat. "Pengereman yang saya sebut kekuatan terbesarnya. Itulah yang membuat dirinya sebagai pembalap yang lengkap," Laverty menegaskan.