Liputan6.com, Jakarta - Banjir bandang melanda Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Rabu dan Jumat pekan lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menepis penanganan bencana di daerah tersebut tidak maksimal dan sebelah mata.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kabar penanganan tidak maksimal karena tersebar di awal bencana terjadi. Saat itu, periode masa panik, ditambah akses bantuan yang terhalang akibat terputusnya akses.
Advertisement
"Selama bencana itu ada periode masa panik. Saat itu distribusi bantuan mau menjangkau tapi belum bisa karena jembatan rusak, ditambah Jumatnya terjadi banjir besar, tambah terkendala," kata Sutopo di Kantor BNPB di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (29/12/2017).
Sutopo menegaskan, tidak ada penanganan bencana yang disikapi setengah hati. Semua siap dijangkau dan dicukupi kebutuhannya, namun wajib dicatat perlu adanya waktu untuk hal tersebut.
"Melihat itu (keterlambatan), tolong disampaikan dalam konteks gimana menjangkau lokasi itu, BNPB mendatangkan helikopter khusus untuk distribusi bantuan di Bima karena daerah bencana di sana tersebar jadi perlu memutar, perlu waktu untuk menjangkau semua," sambung dia.
Update terbaru hari ini, kata Sutopo, penanganan bencana banjir Bima sudah tertangani baik.
"Sudah hampir semua tercover lihat dari laporan sudah ada semuanya, artinya kebutuhan darurat sudah (terpenuhi). Nanti pendataan bantuan selanjutnya akan dibahas setelahnya karena tanggap bencana masih sampai 5 Januari," Sutopo menandaskan.
Kota Bima dan Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, di Pulau Sumbawa, NTB, diterjang banjir bandang pada Rabu 21 Desember 2016. Banjir bandang susulan kembali terjadi di Kota Bima, pada Jumat 23 Desember sekitar pukul 12.30 Wita.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB merilis sebanyak 105.758 jiwa penduduk di Kota Bima, terkena dampak banjir bandang tersebut.