Liputan6.com, Jakarta Korban selamat pembunuhan sadis Pulomas menumpahkan rasa kesalnya di media sosial. Mengintip semua cerita di Insta Story akun Instagram pribadinya, AZK ternyata ingin semua pelaku kejahatan di rumahnya dihukum mati.
Salah satu cerita yang dibagikan bocah perempuan berumur 13 tahun pada Rabu, 28 Desember 2016, adalah tiga foto dari dua tersangka yang digabung menjadi satu.
Advertisement
Foto itu memperlihatkan kondisi dua tersangka dalam kasus pembunuhan sadis di Pulomas. Ramlan Butabutar dalam keadaan tidak bernyawa dan Erwin Situmorang yang terkapar dengan tangan dalam keadaan terikat.
AZK kemudian membubuhkan perasaannya dengan kalimat "ENAK KAN KALO UDH DITANGKEP LSG HUKUMAN MATI" di tiga foto itu.
Keinginan untuk melihat pelaku dihukum mati adalah hal wajar dan rasa itu muncul begitu saja dari benak orang yang pernah menjadi korban kejahatan.
Dr dr Tjhin Wiguna SpKJ dari Siloam Hospitals mengatakan, setiap orang yang mengalami suatu kejadian yang mengancam hidup pastinya akan mengalami trauma yang besar. Apalagi yang mengalami peristiwa pahit adalah seorang anak seperti AZK, satu dari lima orang korban pembunuhan Pulomas yang masih hidup.
"Misalnya saja yang mengalami Tsunami. Pada waktu dia mengalami kejadian itu, hidupnya terancam antara hidup dan mati. Peristiwa yang sedemikian beratnya, biasanya akan terekam dengan kuat otaknya. Akibatnya, peristiwa itu terbayang-bayang terus di kepala si anak sehingga anak itu merasa ketakutan," kata Tjhin saat dihubungi Health Liputan6.com pada Kamis (29/12/2016)
Lebih lanjut, rasa penyesalan, marah, dan kecewa bisa saja dialami AZK. Apalagi ketika dia tahu, korban yang selamat hanya dirinya saja, sementara orang-orang terdekat yang sangat dia cintai meninggal dunia.
"Akibatnya, dia akan merasa 'Kenapa sih bisa terjadi seperti ini pada keluarga saya? Kenapa saya tidak sekalian saja'," kata Thjin.
Dengan semua rasa yang mungkin muncul di diri AZK, tentu bocah perempuan itu sanggup mengatakan hal-hal yang mungkin tidak pernah dia katakan sebelumnya.
Menurut Tjhin, untuk menyembuhkan psikologis korban seperti korban selamat pembunuhan sadis Pulomas butuh waktu yang tidak sebentar. Tergantung dari individu itu sendiri.
"Ada yang selain butuh psikoterapi dan obat-obatan, butuh pendekatan lainnya juga. Namun, untuk orang-orang yang bisa dengan cepat melalui semua cobaan yang menimpa hidupnya, paling hanya butuh psikoterapi tanpa perlu obat-obatan," pungkas Tjhin.
Baca Juga
Beli Racun Ikan di Online Shop, Wanita di Palembang Bunuh Adik Ipar Pakai Jamu Campuran Pottasium
Kasus Tak Kunjung Terungkap, Ayah Siswi MI Korban Pemerkosaan dan Pembunuhan di Banyuwangi Wadul Presiden Prabowo dan Kapolri
Ibu MAS Minta Keringanan Hukuman Anaknya yang Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel