Hal Ini yang Cegah Truk Maut Berlin Membunuh Lebih Banyak Korban

Apa penyebab korban maut Berlin 'hanya' 12 orang jika dibandingkan dengan insiden yang sama di Nice Prancis pada Juli lalu?

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 30 Des 2016, 08:15 WIB
Petugas pemadam berjalan di depan truk yang menabrak kerumunan orang di sebuah pasar Natal di pusat Kota Berlin, Jerman, Senin (19/12). Kepolisian belum dapat memastikan identitas sopir truk berpelat nomor Polandia tersebut. (REUTERS/Fabrizio Bensch)

Liputan6.com, Berlin - Tak seperti serangan kendaraan besar di Nice, Prancis beberapa waktu lalu, korban truk maut Berlin relatif sedikit. Yaitu, 12 orang Sementara di Nice korban mencapai 84 jiwa.

Pihak otoritas Jerman percaya korban dari truk maut Berlin yang lebih sedikit itu disebab oleh sistem pengereman otomatis yang di-instal di mobil besar itu. Hal itu diungkapkan oleh investigasi gabungan independen.

Dikutip dari CNN, Jumat (30/12/2016), 12 orang tewas dan 48 lainnya luka kala Anis Amri menerjang truk itu ke pasar natal terbuka di sore hari pada 19 Desember 2016.

Truk itu sendiri tiba-tiba berhenti, mencegah kerusakan lebih lanjut. Tulis media Jerman, NDR dan Süddeutsche Zeitung. Hal itu disebabkan oleh sensor truk merasakan ada hantaman ke badan kendaraan itu yang membuatnya berhenti.

Juru bicara pabrik truk itu, Scania, membenarkan laporan itu.

Truk jenis R450 semi trailer itu memiliki sistem pengereman otomatis yang wajib dipasang di bawah undang-undang Uni Eropa pada tahun 2012 terkait dengan spesifikasi kendaraan besar lintas negara.

Tak hanya rem otomatis, truk jenis itu memiliki sistem macam black box di pesawat yang merekam kecepatan, pergerakan dan aktivitas sopir.

Juru bicara Scania, Hans-Ake Danielsson mengatakan perusahaannya telah memberikan informasi itu kepada pihak berwenang.

Media yang sama juga melaporkan Amri memberikan foto selfei truk sebelum melakukan serangan dengan pesan: "Saudara-saudaraku, semua baik-baik saja, atas izin Tuhan. Aku ada di mobil, berdoa untuk saudaraku dan berdoa untukku."

Setelah melakukan serangan, Amri warga Tunisia kabur dari Berlin dan ditembak mati oleh polisi Italia di Milan pada 23 Desember.

Polisi terus melakukan penyidikan terkait pergerakan Amri dan potensi jaringan terornya.

Sebuah pernyataan dari kantor kejaksaan federal Jerman pada Rabu mengatakan polisi federal telah menahan seorang pria Tunisia berusia 40 tahun yang mungkin memiliki hubungan dengan Amri.

Sementara itu, kata polisi Belanda sangat  "mungkin" tetapi "tidak 100 persen yakin" bahwa Amri bepergian lewat Belanda menuju Milan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya