Kecelakaan Membuka Jalan Hendrawan Obati Orang Sakit

Kecelakaan dan tubuhnya yang sering sakit-sakitan memotivasi untuk mengobati orang sakit, khususnya mengobati saraf terjepit.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Des 2016, 18:46 WIB
Terapis saraf terjepit Hendrawan saat ditemui di klinik sekaligus rumahnya. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta Kecelakaan motor yang pernah dialami R Hendrawan pada tahun 2011 tidak membuatnya trauma. Pengobatan yang ia jalani, dari medis sampai alternatif memengaruhi hidupnya. Rasa tidak nyaman saat sakit membuat ia berusaha mengobati orang lain, khususnya pengobatan alternatif saraf terjepit.

Ditemui Health Liputan6.com di kliniknya, yang berada di Jalan Kayu Putih Tengah IVB Nomor 3, RT006/RW07, Pulo Gadung, Jakarta Timur pada Selasa (20/12/2016), Hendrawan menyapa ramah. Saat memasuki klinik, yang sekaligus rumahnya, deretan kursi tempat pasien menunggu menjadi sambutan pertama.

Pria lulusan Universitas Borobudur ini ternyata punya badan yang ringkih waktu muda. Semasa kecil, Hendrawan sering sakit-sakitan. Beragam pengobatan medis dan alternatif sudah dijalaninya. Sejak sakit ketika kecil itulah ia memupuk cita-cita ingin mengobati orang lain.

“Saya merasakan, yang namanya sakit tidak enak. Saya sudah berobat ke mana-mana. Setelah sembuh, saya belajar dari pengalaman sakit yang dialami sendiri. Tubuh dan mental harus sehat,” ungkap Hendrawan.

Demi mengasah keahlian dan kemampuan, ia mempelajari tai chi, chi kung (teknik pernapasan dalam tai chi), dan akupunktur.

Hendrawan begitu ramah menceritakan pengalaman dengan pasien-pasiennya. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Seluruh aktivitas itu dilakukan pada waktu senggang saat duduk di bangku kuliah. Hendrawan juga belajar pijat, cara mengobati pergeseran tulang (reposisi), massage Thai khusus tulang.

Teman-teman Hendrawan sering meminta untuk mengobati cedera. Kemampuannya pun mulai dilirik teman-teman lain. Ia sering diminta memijat cedera saraf terjepit. Perlahan-lahan, banyak pasien yang meminta diobati. Akhirnya Hendrawan resmi mendirikan klinik totok saraf pada 2009.


Rasakan energi orang lain

Salah satu hasil positif dari latihan tai chi, Hendrawan bisa merasakan energi orang lain. Ia mengaku peka terhadap energi orang lain.

“Saya juga belajar mengolah energi tekanan batin. Jadi, saat bertemu pasien, saya bisa tahu, apakah energi pasien terhambat keluar karena cedera yang dideritanya,” ujar Hendrawan.

Berkat kemampuan merasakan energi pasien, pengobatan terapi berjalan dengan baik. Hendrawan tidak ragu-ragu selama mengobati pasien. Ia menceritakan pengalaman saat menerapi wanita yang mengalami pergeseran tulang dan saraf terjepit di kaki.

Suasana klinik ramai dengan pasien. (Foto Pribadi Hendrawan)

“Waktu datang ke klinik, si ibu sampai diangkat empat orang. Pertama kali terapi ya teriak-teriak kesakitan. Esok harinya juga datang diterapi. Setelah dua kali diterapi, dia sembuh. Bahkan waktu kontrol di hari-hari berikutnya sudah berjalan sendiri. Dia datang sendiri," ujarnya.

Tak hanya menangani pasien dewasa saja, Hendrawan menggunakan "energi rasa" untuk mengobati bayi. Berbeda dengan pasien dewasa, menangani bayi membutuhkan kelembutan. Kasus yang terjadi biasanya bayi alami saraf terjepit di leher.

Pasien sedang diterapi. (Foto Pribadi Hendrawan)

Hal ini dikarenakan saat ibu menggendong bayi, posisi kepala jarang diangkat. Ibu lebih banyak memegang leher atau menopang tangannya di leher bayi saja. Cara pengobatan pada bayi berbeda, tidak harus dipijat, melainkan diusap.


Bahagia obati pasien

Kebahagiaan terpancar tatkala Hendrawan menceritakan pasien-pasiennya. Mulai dari pasien yang banyak bertanya soal cedera yang dialami sampai memberikan pemahaman kalau penyembuhan saraf terjepit butuh waktu.

Pasien pun datang sekeluarga. (Foto Pribadi Hendrawan)

Tiap kali pasiennya sembuh, ia mengaku puas. Pasien sembuh adalah kebahagiannya. Untuk ke depannya, Hendrawan ingin tetap mengobati pasien.

Berfoto bersama pasien. (Foto Pribadi Hendrawan)

Profesi wirausaha yang pernah dilakukannya tidak ingin dilanjutkan sejak ia berfokus menjadi terapis.

“Dulu, saya sempat berdagang sembako sejak berusia 24 tahun. Itu meneruskan usaha ibu. Ibu saya meninggal karena asma. Sebelumnya saya tinggal di Tanjung Priok. Karena permintaan mengobati pasien makin banyak akhirnya saya memilih fokus ke terapi. Lantas saya mencari rumah baru dan pindah ke sini tahun 2013,” tutupnya.


Profil

Profil

R HENDRAWAN

Hendrawan tetap ingin mengobati pasien. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 22 Agustus 1977

Agama: Islam

Status: Menikah

Anak: Nabila Grasella (4 tahun) dan Rahadian Yudha (2 tahun)

Riwayat  Pendidikan

1995-1999 Akuntasi Universitas Borobudur Kalimalang

1992-1995 SMA 92 Jakarta Utara

1989-1992 SMP 143 Jakarta Utara

1983-1989 SDN 06 Jakarta Utara

Riwayat Pekerjaan

2001-2009 Wirausaha

2009-sekarang Terapis saraf terjepit

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya