Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot pada perdagangan terakhir tahun 2016. Saham Apple dan sektor saham teknologi memicu penurunan bursa saham AS.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 57,18 poin atau 0,29 persen ke level 19.762. Indeks saham S&P tergelincir 10,43 poin atau 0,46 persen ke level 2.238. Indeks saham Nasdaq susut 48,97 poin atau 0,9 persen ke level 5.383,12.
Indeks saham acuan meski melemah namun masih catatkan penguatan sepanjang 2016. Secara tahunan, indeks saham naik 9,5 persen. Indeks saham Dow Jones menguat 13,4 persen pada 2016. Meski demikian, indeks saham Dow Jones gagal dekati level 20.000. Indeks saham Dow Jones telah naik 8 persen sejak pemilihan umum AS.
Baca Juga
Advertisement
Ada pun indeks saham melemah pada pekan ini usai pemilihan presiden AS yang dimenangkan Donald Trump. Investor berharap Trump akan pangkas pajak dan regulasi. Serta mengenalkan stimus paket ekonomi baru.
"Ini hanya sedikit reli. Tidak kaget kalau hanya beberapa ambil untung. Ada sejumlah sentimen membuat indeks saham acuan sempat reli yaitu harapan stimulus, dan itu benar-benar harapan pasar," ujar Tim Ghriskey, Chief Investment Officer Solaris Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (31/12/2016).
Sejumlah saham pun menekan indeks saham acuan. Saham Apple turun 0,8 persen usai perseroan akan pangkas produksi iPhone. Saham Cirrus Logic dan Qualcomm pun ikut tertekan. Sektor saham teknologi catatkan penurunan terbesar di indeks saham S&P 500 dengan merosot 1 persen. Saham Microsoft dan Alphabet kontribusi penurunan indeks saham lebih dari 1 persen.
Selain itu, saham OPKO heath tergelincir 18,8 persen usai perseroan mentakan gagal dalam menyediakan keuntungan untuk studi selanjutnya terhadap percobaan obat hormon.
Volume perdagangan saham tercatat 5,6 miliar saham di bursa saham AS. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham 6,8 miliar saham.