Liputan6.com, Jakarta - 366 hari telah berlalu. Di penghujung 2016, masyarakat dibuat kaget dengan tragedi perampokan berujung pembunuhan di Pulomas dan pilot Citilink diduga mabuk. Dua peristiwa itu membuat was-was masyarakat.
Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, pelaku perampokan sadis di Pulomas melakukan penyekapan terhadap 11 penghuni rumah di kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter. Karena disekap selama kurang lebih 17 jam, enam korban meninggal dunia kehabisan oksigen.
Advertisement
Pembunuh sadis Pulomas diketahui memasuki kediaman Dodi Triono pada Senin 26 Desember 2016 pukul 14.27 WIB. Ketika masuk ke dalam, mereka mendapati Dodi tidak berada di tempat.
"Awal masuk saudara Ramlan Butarbutar menanyakan kamar majikan kamu di mana (kepada asisten rumah tangga /ART). Karena almarhum Dodi tidak ada di tempat," ungakp Kapolda Metro Jaya M Iriawan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu 28 Desember 2016.
Setelah dijawab dan diarahkan menuju kamar Dodi oleh ART, Ramlan pun memaksa penghuni rumah yang berjumlah sembilan orang masuk ke dalam kamar mandi. Bahkan dia memperlakukan kasar anak Dodi yakni Dianita Gemma Dzalfayla (9).
"Satu orang Dianita Gemma Dzalfayla yang diseret dari kamar ke tangga dan dipukul dengan pistol," jelas Iriawan.
Para korban mulai disekap di kamar mandi dengan luas 1,5x1,3 meter itu sekitar pukul 14.45 WIB. Mereka pun dengan leluasa mencari barang berharga yang sesuai dengan keahlian perampokan.
"Setelah aksi itu dilakukan, Dodi baru datang bersama supirnya dan langsung dimasukkan juga ke kamar mandi," ujar dia.
Usai melakukan aksi pembunuhan sadis di Pulomas, pelaku yang berjumlah empat orang itu langsung kabur menggunakan mobil yang diparkir persis di depan rumah yang diketahui menggunakan plat nomor palsu.
Korban baru ditemukan sekitar pukul 10.10 WIB, Selasa 27 Desember 2016 setelah salah seorang saksi yakni Sheila Putri datang untuk bermain. Dia melapor ke petugas keamanan sekitar komplek karena merasa ketakutan dengan suara rintihan yang didengarnya dari dalam kamar mandi kediaman tersebut. Petugas lantas meneruskan aduan itu ke Pospol Kayu Putih.
"Semua (enam orang) meninggal karena kekurangan oksigen dalam darah. Karena mereka disekap dalam satu ruangan dan tidak ada sirkulasi udara," Iriawan memungkas.
Dalam tragedi ini, enam korban tewas yakni pemilik rumah Dodi Triono (59) serta dua putrinya, Diona Arika Andra Putri (16) dan Dianita Gemma Dzalfayla (9). Kemudian teman Gemma, Amel, serta dua sopir bernama Yanto dan Tasrok.
Sementara lima korban selamat yakni, anak korban bernama Zanette Kalila Azaria (13), serta empat asisten rumah tangga bernama Emi (41), Fitriani (23), Santi (22), dan Windy (23).
Dua pelaku bernama Ramlan Butarbutar dan Erwin Situmorang pun telah dilumpuhkan dengan timah panas polisi di kawasan Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu 28 Desember siang. Ramlan sang kapten perampokan tewas dalam perjalanan ke RS Polri. Sementara Erwin masih dirawat di RS Polri.
Dalam penangkapan itu pula, polisi mengamankan adik Ramlan berinisial R. Saat ini R masih menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Kantor Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Selang beberapa jam, polisi berhasil meringkus pelaku lainnya bernama Alfins Bernius Sinaga. Alfins ditangkap tanpa perlawanan dan langsung digelandang ke Mapolda Metro Jaya. Kini polisi tinggal memburu satu pelaku lainnya bernama Ius Pane alias Marhot Sitorus.
Pilot Diduga Mabuk
Video seorang pilot jalan sempoyongan saat diperiksa petugas bandara viral di media sosial sejak dua hari terakhir. Belakangan diketahui pilot yang diduga mabuk tersebut merupakan pilot yang bekerja di maskapai Citilink.
Meski jalan sempoyangan dan tidak konsentrasi, diketahui pilot yang bernama Tekad Purnama (32) itu berhasil masuk dan bersiap menerbangkan pesawat Citilink, jurusan Surabaya-Jakarta.
Saat pesawat bersiap lepas landas, penumpang protes dan mendesak pilot itu segera diganti karena bicaranya tak jelas dan diduga mabuk.
Seorang penumpang yang menjadi saksi peristiwa di pesawat Citilink QG800 itu menceritakan, sejak awal sang pilot sudah bertingkah aneh.
"Kita masuk seperti biasa, biasanya kan disambut kapten pilot, announcement selamat datang, tapi itu tidak ada," ujar penumpang bernama Sutarto Mohammad kepada Liputan6.com, Sabtu (31/12/2016).
Keanehan tak berhenti di situ. Saat memberikan pengumuman, pilot sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris dan terbata-bata.
"Itu kapten pilot langsung pakai bahasa Inggris, terbata-bata, menyebutkan namanya saja susah. Padahal kan harusnya bahasa Indonesia dulu terus Inggris. Awalnya saya engga ngeh, tapi setelah diperhatikan wah ini ada yang tidak beres," kata Sutarto.
Kondisi ini, lanjut Sutarto, membuat penumpang mulai resah. Sebab, tingkah laku sang pilot ganjil dan tidak sesuai prosedur.
"Lama kelamaan ngomongnya enggak jelas ini ngomongnya apa, saya kira itu ngomong untuk internal mereka, kode-kode untuk pramagurinya," lanjut dia.
Kondisi ini membuat penumpang resah, was-was, dan marah. Seorang penumpang yang duduk di belakangnya, kata Sutarto, berdiri dan mengajak penumpang lainnya mendatangi kokpit. "Saya juga ikut maju ke kokpit," tutur Sutarto.
Setelah penumpang ke depan kokpit dan mendesak untuk mengganti pilot, pramugara kemudian memastikan dan mengumumkan pergantian pilot.
Pergantian pilot ini, ujar Sutarto, membuat semua penumpang Citilink keluar dari pesawat dan menunggu sekitar 60 menit di ruang tunggu bandara, hingga akhirnya kembali lagi ke pesawat setelah pilot diganti.
"Alhamdulillah diganti pilotnya, kata penumpang yang lain, pilot itu diturunkan pakai penutup kepala dibawa mobil, mungkin mobil maskapai," tutur Sutarto yang merupakan translator senior bahasa Inggris di Jawa Timur.
Sutarto mengaku menggunakan Citilink karena mengejar penerbangan pertama ke Jakarta. Saat itu dia terbang membawa 3 anggota keluarganya yang sudah lanjut usia, istri, dan anak-anaknya. Mereka ke Jakarta untuk menghadiri pemakaman saudaranya.
Vice President Corporate Communications Citilink Benny S Butarbutar saat dikonfirmasi Liputan6.com menyatakan, manajemen Citilink sudah mengambil langkah tegas dengan memecat pilot yang bermasalah tersebut, "Bahkan termasuk permohonan pengunduran diri CEO Citilink."
"Karena ada pelanggaran berat yang sudah terjadi sehingga demi tegaknya standar keselamatan dan keamanan penerbangan, harus dilakukan pemberian sanksi yang setimpal agar jangan terulang kembali," Benny menegaskan.
Advertisement