Liputan6.com, Istanbul - Teror penembakan di kelab malam Istanbul, Turki mewaskan 35 orang dan melukai 40 lainnya. Saksi mata dan rekaman yang diduga berasal CCTV di dalam Raina Club memperlihatkan pelaku yang menggunakan kostum sinterklas mengancam dan menembaki pengunjung.
Menurut saksi mata, seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (1/1/2017), pelaku diduga melempar bom asap selama penembakan berlangsung. Ia juga terlihat tenang mengisi ulang peluru di senjatanya sebelum menembak lebih banyak korban.
Advertisement
Pemerintah Turki telah memberlakukan pemadaman sementara di area seputar lokasi serangan. Namun langkah itu dikritik karena dapat menimbulkan rasa takut, kepanikan, serta gangguan di kalangan masyarakat. Hal itu justru mungkin membuat kelompok teror justru kian senang dan merasa menang.
Presiden AS Barack Obama telah menawarkan bantuan kepada otoritas Turki.
Sementara itu, pemilik kelab malam elite itu, Mehmet Kocarslan mengatakan pihaknya telah meningkatkan jumlah petugas keamanan sepanjang 10 hari terakhir terkait dengan peringatan intelijen AS.
Ia juga menjelaskan bahwa pelaku menggunakan senjata laras panjang Kalashikov.
Laporan awal menyebut, ada 2 pelaku masuk ke kelab itu. Namun, pihak otoritas yakin hanya ada satu penembak.
Laman berita Turki, Virgul melaporkan si pembunuh berteriak dalam bahasa Arab selama penyerangan berlangsung.
Saksi mata bernama Sinem Uyanik mengatakan, ia harus mengangkat puluhan jasad tewas yang menimpanya agar bisa bebas. Sementara suaminya, Lutfu terluka.
"Sebelum aku sadar apa yang terjadi, suamiku jatuh menimpaku," katanya.
"Aku juga harus menyingkirkan beberapa jasad agar aku bisa keluar dari situ," tambah Sinem. Sang suami terluka namun tak membahayakan jiwanya.
Rekaman dari TV Turki memperlihatkan setidaknya ada enam ambulans wira-wiri mengevakuasi pengunjung yang terluka.
Kelab malam itu terletak di dekat Teluk Bosporus yang membelah Istanbul jadi dua.
Lebih dari 17.000 polisi dikerahkan untuk bertugas di Istanbul. Turki telah menderita serangan teror sepanjang 2016.