Liputan6.com, Morotai Kurun waktu 1941 hingga 1945, Asia Pasifik membara. Sebuah bab yang tak terpisah dari catatan kelam perang dunia kedua.
Jepang dengan ambisi Asia Timur Raya diadang sekutu yang dikomandoi Amerika Serikat dan Australia. Pertempuran sengit pun tak terelakkan.
Advertisement
Tak terkecuali di Indonesia. Morotai, di sudut timur laut Indonesia turut berperan. Pulau yang jadi saksi sejarah, menjadi pukulan telak bagi kekuatan Axis, Jepang.
Seberapa pun hebatnya histori, tak bermakna bila tak terbukti. Muhlis Eso bersama kelompoknya mencoba mencari jejak-jejak peninggalan perang agar tetap lestari.
Hanya bermodal gagang besi, dalam sebuah lovrak atau lubang pertahanan pasukan, kelompok Muhlis menemukan bangkai senapan mesin berat. Senjata khas tentara Amerika.
Awalnya tak sedikit yang menganggapnya gila dan asik sendiri dengan dunianya. Namun, barulah satu dasawarsa terakhir, saudara dan kerabat mulai turut serta mengais sisa perang dunia kedua.
Meski bukan emas apalagi permata, bagi Muhlis kisah masa lalulah yang membuat Morotai sebuah kepingan berharga. Arti penting bagi perjalanan sejarah, bangsa, dan bahkan dunia.
Morotai menyimpan segudang kisah. Di antaranya adalah pangkalan militer utama sekutu di perang dunia kedua. Wamama, titik penyelaman yang kerap disambangi para pemburu eksotisme sejarah.
Penyelaman di sekitar bangkai perlengkapan perang mesti direncanakan matang. Karena kondisi bawah samudera yang tak bisa diterka. Kedalaman yang mencapai lebih dari 40 meter juga sangat mengundang risiko.
Aksi penyelamatan cagar budaya ini semata-mata sebagai bukti cinta pada negeri. Semangat Muhlis Eso semakin berkobar ketika masyarakat berangsur-angsur mulai peduli pada sejarah.
Kini, wejangan Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno untuk tidak melupakan sejarah, coba ditanamkan Muhlis Eso kepada generasi belia Morotai
Saksikan tayangan selengkapnya dalamPotret menembus Batas SCTV, Minggu (1/01/2017) di tautan ini.