Liputan6.com, Istanbul - ISIS mengklaim bertanggung jawab atas penembakan yang terjadi di sebuah kelab malam di Istanbul, Turki pada 1 Januari pukul 01.45 lalu. Peristiwa ini menyebabkan 39 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
"Sebagai kelanjutan dari operasi terhadap pelindung salib, Turki, seorang anggota ISIS menyerang salah satu kelab malam terkenal di mana orang Kristen merayakan liburan mereka," demikian pernyataan ISIS seperti dikutip dari The Guardian, Senin, (2/1/2017).
Advertisement
Sementara itu, otoritas Turki meyakini, pria bersenjata yang masih buron itu berasal dari Asia Tengah, yakni antara Uzbekistan atau Kirgiztan.
Sebelumnya, media Turki telah lebih dulu memuat dalam laporan mereka bahwa ISIS adalah dalang di balik peristiwa tersebut.
Menurut surat kabar Karar dan Hurriyet, pihak kepolisian Turki telah melihat kesamaan pola peristiwa penembakan dengan bom bunuh diri dan serangan bersenjata di bandara Ataturk, Istanbul pada Juni lalu.
Saat ini tengah diselidiki apakah pelaku berasal dari sel ISIS yang sama atau tidak. Pria itu melepaskan tembakan di luar kelab malam Reina hingga menewaskan dua orang. Salah satunya seorang polisi.
Lantas menurut Anadolu Agency, pria itu masuk ke dalam tempat hiburan malam yang disebut-sebut sering didatangi oleh selebritas lokal dan orang asing sebelum akhirnya melepas tembakan. Setidaknya terdapat 600 orang yang berada di dalam kelab pada saat kejadian.
Sekitar 16 orang yang tewas diketahui merupakan warga negara asing. Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan, pelaku memanfaatkan situasi kacau dan meninggalkan pistolnya sebelum akhirnya melarikan diri.
Demi menyelamatkan diri, beberapa tamu kelab malam itu bahkan dilaporkan terpaksa melompak ke perairan Bosphorus.
Penembakan massal ini adalah satu dari 30 serangan yang terjadi di sepanjang tahun 2016 di Turki, salah satu negara anggota NATO. ISIS telah mengklaim mendalangi sejumlah pengeboman di Turki.
Kelompok teroris pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu mengaku memiliki sel-sel di Turki. Oleh para analis, sel-sel inilah yang diduga melakukan aksi bom bunuh diri pada Januari dan Maret lalu sebagaimana serangan di bandara Ataturk yang menewaskan 45 orang.
Pada Desember lalu, ISIS merilis sebuah video yang konon menunjukkan pembunuhan dua tentara Turki dan mendesak para pendukungnya menaklukkan Istanbul. Namun pemerintah Turki belum mengonfirmasi keaslian video itu.