Liputan6.com, Jakarta Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) memasuki babak baru di 2017 ini. Namun di awal tahun, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah.
Pada pembukaan perdagangan saham, Selasa (3/1/2017), IHSG melemah 0,35 persen persen atau 179 poin ke level 5.278,8. Sebagian indeks saham acuan memerah.
Ada sebanyak 43 saham menguat. Sedangkan 67 saham melemah sehingga mendoronga IHSG turun dan 95 saham lainnya diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 2.585 kali dengan volume perdagangan 132,5 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 49,19 miliar. Sementara Dolar AS berada di posisi Rp 13.456.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utama memprediksi laju IHSG diproyeksi variasi selama sepekan. Saat ini, sentimen di pasar modal masih sepi.
Dia mengatakan, sebenarnya kondisi pasar modal sedang tidak baik. Menurut dia, penutupan IHSG pada 2016 relatif rendah.
"Sepertinya akan variatif, kemarin penutupan IHSG tidak terlalu bagus, terkoreksi di akhir perdagangan, posisi penutupan tidak terlalu bagus," kata dia kepada Liputan6.com.
Dia mengatakan, pasar modal tengah mengahadapi tantangan. Dia menuturkan, rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikan suku bunga hingga tiga kali bakal membuat Bank Indonesia (BI) menahan penurunan suku bunga.
Kemudian, rencana pemerintah menaikan tarif listrik juga akan mengerek inflasi. "Inflasi tidak akan menolong, PLN juga akan menaikan tarif listrik, sentimennya juga tidak terlalu bagus," kata dia.
Dia mengatakan, IHSG akan bergerak pada support 5.200-5.150. Resistance berada pada level 5.335-5.526.
Sementara berdasarkan riset DBS, mencatat IHSG ditutup terkoreksi 0,11 persen ke level 5.296,71. Meski demikian, sepanjang tahun 2016 IHSG naik 15,32 persen.
Lima dari 10 indeks sektoral melemah. Sektor yang memimpin penurunan, yakni Konsumsi (-1,82 persen), Manufaktur (-0,94 persen), Industri dasar (-0,69 persen).
Sedangkan, aneka industri memimpin penguatan (1,74 persen). Nilai
transaksi mencapai Rp 9,62 triliun. Investor asing net buy Rp 97,92 miliar·
Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahunb naik ke level 7,97. Rupiah melemah ke level Rp 13.472 per Dolar AS.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio sebelumnya mengatakan, pasar modal Indonesia mampu bertahan kendati kondisi ekonomi global tidak menentu.
Bahkan, dia mengatakan capaian pasar modal Indonesia termasuk gemilang lantaran masuk 5 besar di dunia. "Tertinggi ke lima dan kedua di Asia Pasifik," kata dia.
Dia mengatakan, kondisi tersebut lebih baik dibanding dengan negara lain. Dia bilang, kinerja pasar modal merefleksikan kinerja pemerintah. "Semua pencapaian ini refleksi terhadap potensi ekonomi Indonesia," kata dia.(Nrm/Ndw)