Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada 2016 sebesar 3,02 persen. Tingkat inflasi ini menjadi yang terendah sejak 2010.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi pada 2011 tercatat sebesar Rp 3,79 persen, lebih rendah dari 2012 yang sebesar 4,36 persen. Kemudian melonjak tajam ke 8,38 persen di 2013 dan di 2014 masih tinggi yaitu 8,36 persen.
Namun pada 2015, tingkat [inflasi ]( 2692441 "")turun drastis menjadi 3,35 persen. Dan pada 2016 mencatatkan tingkat inflasi paling rendah yaitu sebesar 3,02 persen.
"Seperti yang tadi saya bilang, ini (inflasi 2016) menjadi yang terendah sejak 2010," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Suhariyanto, sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang dominan pada tingkat inflasi antara lain cabai merah, rokok kretek, bawang merah, tarif angkutan dan lain-lain. "Bisa dilihat yang menjadi perhatian dalam inflasi ini," dia menjelaskan.
Adapun pada Desember ini, tingkat inflasi Indonesia sebesar 0,42 persen pada Desember 2016. Sementara secara tahun kalender Januari-Desember sebesar 3,02 persen.
Dia mengatakan, dari 82 kota yang disurvei BPS, 78 kota mencatat inflasi dan empat kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Lhoksumawe yaitu sebesar 2,25 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Manado yaitu 1,52 persen.
"Inflasi tertinggi di Lhoksumawe sebesar 2,25 persen, kemudian di Padang Sidempuan. Sedangkan untuk deflasi terendah di Manado yaitu -1,52 persen," kata dia.
Menurut Suhariyanto, data inflasi ini menunjukan harga berbagai komoditas relatif di Desember 2016 relatif terkendali dibandingkan periode yang sama di 2015. "Seluruh harga sangat terkendali dibandingkan Desember 2015," ungkap dia. (Dny/Nrm)