Liputan6.com, Tallahassee - Punahnya dinosaurus diyakini sejumlah ilmuwan disebabkan hantaman meteor yang mengubah iklim global Bumi pada saat itu. Namun, beberapa pihak masih mempertanyakan mengapa pada saat itu burung dan mamalia justru berkembang.
Baru-baru ini hasil penelitian yang dimuat di Proceedings of the National Academy of Sciences dianggap mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Advertisement
Ahli paleontologi menemukan bahwa dinosaurus muda membutuhkan waktu lama untuk menetas dan berkembang menjadi dewasa. Hal itu diyakini menyebabkan gagalnya populasi dinosaurus untuk pulih cukup cepat setelah meteor menghantam Bumi pada 65 tahun lalu.
Kondisi itu kontras dengan burung dan mamalia kecil yang membutuhkan hanya beberapa minggu bagi anak-anak mereka untuk tumbuh dan dianggap memberikannya keuntungan.
Ilmuwan di Florida State University dan University of Calgary menemukan hal tersebut setelah menyadari bahwa terdapat kemungkinan untuk menghitung waktu dinosaurus untuk menetas berdasarkan tanda pada gigi embrio dan bayi.
Sama seperti cincin pohon yang tumbuh lapisan baru setiap tahunnya, lapisan pada gigi dinosaurus tumbuh setiap hari dan dapat dilihat pada baris mikroskopis di dentin.
Dengan menghitung jumlah lapisan, ilmuwan menemukan bahwa dinosaurus membutuhkan tiga hingga enam bulan untuk menetas.
Lamanya periode inkubasi--dibandingkan dengan mamalia kecil, membuat bayi dinosaurus dan induknya rentan terhadap predator dan membuat mereka harus bersusah payah untuk membangun kembali spesiesnya.
"Beberapa teka-teki terbesar tentang dinosaurus yang berkenaan dengan embriologi mereka, hampir tidak ada yang diketahui," ujar Profesor Ilmu Biologi di Florida, Gregory Erickson, seperti dikutip dari The Telegraph, Selasa (3/1/2017).
"Kami menduga temuan kami memiliki dampak untuk memahami mengapa dinosaurus punah di akhir Periode Kapur, sedangkan amfibi, burung, mamalia, dan reptil lainnya berhasil melewatinya dan sukses," tambah Erickson.
Karena burung merupakan dinosaurus yang hidup, ilmuwan telah lama berasumsi bahwa masa inkubasi dinosaurus tak jauh berbeda dengan hewan tersebut, yakni menetas dalam waktu 11-85 hari.
Namun, telur reptil berukuran serupa biasanya membutuhkan waktu dua kali lebih lama, mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Untuk mencari tahu waktu yang dibutuhkan dinoasurus, tim peneliti mempelajari fosil embrionya.
"Waktu di dalam telur merupakan bagian penting dalam tahap perkembangan, namun tahap pertumbuhan awal ini kurang diketahui karena jarangnya embrio dinosaurus," ujar asisten profesor geosains di University of Calgary, Darla Zelenitsky.
"Embrio berpotensi memberi tahu kita bagaimana dinosaurus berkembang dan tumbuh dalam tahap awal hidup dan jika mereka lebih mirip dengan burung atau reptil dalam hal ini," imbuh Zelenitsky.
Jenis embrio dinosaurus yang diperiksa oleh peneliti berasal dari protoceratops, yakni dinosaurus seukuran domba yang ditemukan di gurun Gobi di mana telur mereka berukuran cukup kecil.
Selain itu, peneliti juga mengkaji telur milik hypacrosaurus, yakni dinosaurus bermoncong bebek berukuran besar yang ditemukan di Alberta, Kanada. Dinosaurus itu memiliki telur seberat 4 kilogram.
Tim peneliti memindai rahang embrio tersebut melalui CT scanner untuk memvisualisasikan pertumbuhan gigi. Kemudian, mereka mengekstraksi beberapa gigi untuk diperiksa di bawah mikroskop berkapasitas tinggi.
Garis pertumbuhan pada gigi menunjukkan bahwa peneliti dengan tepat waktu yang dibutuhkan dinosaurus tumbuh di dalam telur. Hal tersebut membuka jalan atas penyebab dinosaurus punah.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa embrio protoceratops membutuhkan waktu tiga bulan untuk tumbuh di dalam telur. Sementara itu, bagi hypacrosaurus yang berukuran besar dibutuhkan waktu enam bulan.