Liputan6.com, Jakarta - Usai bergerilya di Meruya Residence, Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta nomor urut 1 Sylviana Murni menyambangi warga di Jalan Keutamaan Dalam, Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat. Setelah melakukan dialog dengan warga yang berada di pinggiran kali, permintaan mereka adalah tidak ingin digusur.
"Jangan main gusur. Kita ajak ngobrol, diskusi, ngomong baik-baik warga maunya bagaimana. Sekali enggak ketemu (jalan keluar), kita ketemu lagi buat sama-sama cari jalan keluarnya. Nah setelah ada kesepakatan, barulah kita bertindak," ungkap Sylviana di Krukut, Jakarta Barat, Selasa (3/1/2017).
Advertisement
Karena itu, lanjutnya, para warga sekitar tidak ingin digusur dari tempat tinggal mereka. Mereka ingin tetap berada di tempat saat ini.
"Saya selalu mengatakan begini, masyarakat harus cerdas. Kenapa mau digusur, artinya mau ditata. Tapi yang akan saya perbaiki adalah cara penataannya. Saya akan banyak berdialog," ucap dia.
Kalau perlu, kata Sylviana, dirinya akan merapat ke lokasi dan mengajak bicara bersama baik-baik.
"Kalau warga di sini merasa itu bukan tanahnya, perlu kita cari solusi, itu kita omongin. Setelah itu (warga) bisa pindah sendiri, dengan solusi sama-sama yang telah disampaikan," tutur dia.
Dirinya pun yakin dan percaya, kalau pimpinan mau terjun ke bawah, berdialog dengan warga, warga dicerdaskan, dan diberi edukasi, maka akan ada solusi yang baik.
"Kan saya pernah jadi Walikota, persoalan-persoalan kayak begini sudah pernah saya tangani. Insya Allah kalau kita terus-menerus berdialog, masyarakat juga tidak akan marah. Kita ajak dari hati ke hati, yuk kita benahi kota Jakarta," tutur Sylviana.
"Enggak perlu pakai solusi, karena sudah ada solusinya, sudah ada aturannya. Kalau dia bertempat tinggal jelas ada akta jual beli. Kita lihat hierarkinya, bagaimana dia bisa memiliki tanah ini, jelas semua ada aturannya. Hak jarak ada aturannya, hak beli, hak sewa, semua jelas ada aturannya. Tinggal persoalannya masyarakat perlu sosialisasi. Kita panggil BPN, cari solusi. Semuanya sudah ada, cuma enggak sampai ke masyarakat," imbuh dia.
Tak hanya itu, Sylviana juga mengaku mendapat cerita warga yang jika berobat ke rumah sakit tetap harus bayar. Dia pun menjelaskan ada fasilitas rawat inap yang gratis, yaitu di kamar kelas 3.
"Namun, ada program yang sudah dicanangkan, tetapi perlu percepatan, yaitu menjadikan puskesmas sebagai rumah sakit rawat inap tipe D, yang artinya kalau 44 kecamatan memiliki RSUD tipe D, otomatis masyarakat tidak perlu jauh-jauh, tidak perlu antre. Juga ada dokter-dokter spesialis yang disesuaikan dengan kondisi di lingkungan rumah sakit tersebut. Kalau di lingkungan sini banyak penyakit DBD, pasti ada dokter spesialisnya," jelasnya.
Menurut Sylviana, semua program ini ada master plan-nya. Tetapi, soal prioritas atau percepatan, semua akan menjadi kebijakan dari gubernur.
"Ini program-program yang menurut saya sudah ada master plan-nya, tapi apakah itu prioritas, apakah memerlukan percepatan, ini menjadi policy-nya gubernur. Ini yang saya katakan bisa dilakukan percepatan karena itu prioritas yang dibutuhkan oleh masyarakat," Sylviana Murni memungkas.