Dolar AS Picu Harga Minyak Merosot

Harga minyak merosot di awal perdagangan 2017 lantaran aksi ambil untung dan penguatan dolar AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Jan 2017, 06:00 WIB

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia turun lebih dari dua persen pada hari pertama perdagangan 2017. Harga minyak tersebut merosot dari level tertinggi dalam 18 bulan seiring dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan pelaku pasar realisasikan keuntungan.

Harga minyak Brent turun US$ 1,35 atau 2,4 persen ke level US$ 55,47 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,39 atau 2,6 persen menjadi US$ 52,33 per barel.

Sebelum harga minyak turun, harga minyak sempat sentuh level tertinggi sejak Juli 2015 dengan harapan kesepakatan negara OPEC dan negara eksportir minyak lainnya memangkas produksi. Harga minyak Brent sempat ke level tertinggi US$ 58,37 dan WTI di kisaran US$ 55,24.

Volatilitas harga minyak pun cukup tinggi pada awal perdagangan."Ini gerak harga minyak yang bergejolak signifikan dalam satu hari. Penguatan dolar AS juga berkontribusi dengan penurunan harga minyak. Ditambah aksi ambil untung," ujar James Williams, Presiden Direktur WTRG Economics, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (4/1/2017).

Dolar AS sentuh level tertinggi dalam 14 tahun terhadap sejumlah mata uang usai data ekonomi AS menunjukkan data aktivitas manufaktur tumbuh lebih dari yang diharapkan pada November. Penguatan dolar AS membuat harga minyak lebih mahal untuk pengguna mata uang lainnya.

"WTI telah memulai perdagangan dengan dukungan laporan Kuwait dan Oman. Setuju pemangkas produksi 175 ribu barel per hari," ujar Jim Ritterbusch, Direktur Utama Ritterbusch and Associates.

Selain itu, OPEC dan negara eksportir utama minyak lainnya secara resmi mulai memberlakukan pemangkasan produksi minyak. Rusia akan pangkas produksi 1,8 juta minyak barel per hari. Oman memangkas produksi minyak sekitar lima persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya