Liputan6.com, Jakarta Tangis kerabat dan keluarga pecah. Mereka tidak kuasa menahan kesedihan ketika dua jenazah yang berada di dalam peti berwarna cokelat itu merupakan M Nurdin (45) dan Nazwa Sarla (11). Keduanya menjadi korban tewas saat Kapal Zahro Expres terbakar di Teluk Jakarta, Minggu 1 Januari 2017.
Raut kesedihan tampak paling terlihat di wajah Rokiyah, Ibunda M Nurdin. Dia tak berhenti menanggis saat jenazah anak dan cucunya tiba di rumah duka, Jalan Pipit, RT 1/2, Kelurahan Beji Timur, Kecamtan Beji, Kota Depok. Bahkan, dia sempat pingsan dan harus dibopong anggota keluarganya.
Advertisement
M. Nurdin (45), bersama istri Homsari (42), dan ketiga anaknya Nadia Syifa Musdalifa (16), Rifa Rizkyawan (7), dan Nazwa Sarla (11) menjadi penumpang Kapal Zahro Expres.
Menurut sepupu M Nurdin, Taufik Hidayat (36), kelimannya berencana akan menghabiskan masa liburan Tahun Baru 2017 ke Pulau Tidung. Namun liburannya itu terbilang mendadak.
"Tidak ada rencana ke Pulau Tidung sebelumnya. Niatnya habis beli ikan dari Muara Angke buat (bakar-bakar) Barbeque-an di rumah saudara di kawasan Pluit. Tapi enggak tahu kenapa memutuskan untuk pergi ke Tidung. Memang Almarhum seneng ke laut," ceriat Taufik saat ditemui kediaman korban, Selasa (3/1/2016)
Belakangan dirinya mendapat informasi bahwa kapal yang ditumpangi M Nurdin dan keluarga terbakar. Lantas dia mencoba mencari tahu keberadaan kelima saudaranya itu. Ternyata ketika melihat televisi muncul nama Homsari dan Rifa Rizkyawan yang turut menjadi korban KM Zahro Expres tersebut.
"Homsari dan Rifa Rizkyawan sekarang sedang dirawat dirumah sakit. Homsari sudah sadar. Namun kondisi syok," ujar Taufik.
Dia mengungkapkan keberadaan ketiga anggota lainnya belum diketahui. Taufik mengetahui M Nurdin dan Nazwa berada di RS Polri setelah mencocokan data yang dikirim ada di antara 23 jenazah tersebut.
"Terindetifikasi M Nurdin dan Nazwa dari gigi. Tapi Syifa sampai saat ini belum ditemukan," ujar taufik.
Sosok M Nurdin
Rumah M Nurdin di Gang Pipit, RT 1/2, Kelurahan Beji Timur, Kecamtan Beji, Kota Depok didatangi sejumlah kerabat dan tetangga untuk mengucapkan belasungkawa. Hadir pula rekan-rekan kerja korban di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Kepala Pusdiklat BATAN Sudi Ariyanto menjadi perwakilan untuk mengucapkan rasa belasungkawa kepada keluarga.
Dia mengatakan, pemimpin BATAN menaruh perhatian sangat besar dalam peristiwa terbakarnya kapal tersebut. Sampai-sampai pemimpin Batan membantu pencarian korban.
"Kami membentuk beberapa tim untuk memantau di Muara Angke, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Polri Kramatjati," ujar Sudi.
Seluruh staf dan pimpinan BATAN sangat kehilangan atas meninggalnya M Nurdin. Almarhum merupakan pribadi sangat baik. Tak hanya itu, ia yang merupakan staf bagian perlengkapan di BATAN termasuk pekerja keras.
Yang selalu diingat dalam benaknya adalah ketika M Nurdin menolong banyak orang. "Dia tidak pernah pamrih dalam memberikan pertolongan," ungkap Sudi.
Sudi menambahkan, begitu banyak kebaikan yang dilakukan korban KM Zahro Expres itu membuatnya tidak bisa menungkapkan satu per satu kenangan bersama rekan kerjanya itu.
"Saya berharap Syifa segera ditemukan, dan Ibu Homsari segera diberikan kesembuhan," doa Sudi.
Jenazah M Nurdin dan Nazwa Sarla telah dimakamkan di TPU Bambon Kelurahan Beji Timur, Kecamatan Beji, Kota Depok.