Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan nilai produksi industri kecil dan menengah (IKM) alas kaki sebesar Rp 24,25 triliun pada 2017. Angka ini meningkat dibandingkan dengan 2016 sebesar Rp 22,98 triliun.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, industri alas kaki menjadi salah satu industri yang diprioritaskan pengembangannya. Ini karena industri tersebut berperan dalam memberikan kontribusi terhadap devisa negara dan penyerapan tenaga kerja.
"Pada 2016, penambahan investasi IKM alas kaki diperkirakan sebesar Rp 2,8 triliun dengan nilai produksinya mencapai Rp 22,98 triliun. Kami memproyeksikan, nilai produksi sektor ini akan meningkat pada 2017 sebesar Rp 24,25 triliun,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Airlangga menyampaikan, secara umum, rata-rata nilai investasi yang ditanamkan untuk menjalankan usaha IKM alas kaki di dalam negeri sebesar Rp 37 juta. Sementara itu, untuk menghasilkan produknya, diperlukan bahan baku utama yang rata-rata senilai Rp 6,5 juta dalam satu bulan.
Baca Juga
Advertisement
"Sedangkan, nilai produksi penjualan dari hasil industri ini rata-rata dalam satu bulan menghasilkan pemasukan Rp 14 juta. Dengan hasil produksi tersebut didapatkan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 6,8 juta dalam satu bulan," kata dia.
Airlangga menuturkan, IKM alas kaki mampu menyerap cukup banyak tenaga kerja, dengan karakteristik jumlah pekerja di setiap satu unit usaha sekitar 1-19 orang. Berdasarkan data BPS pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 15 (KBLI-15), IKM alas kaki tergabung dalam kelompok IKM penyamakan kulit dan produk kulit.
Data pada 2010, menunjukkan, kelompok usaha tersebut berjumlah 32.910 unit dengan jumlah penyerapan tenaga kerja mencapai 114.495 orang di seluruh Indonesia.
"Dari data tersebut, sebanyak 49 persen merupakan IKM alas kaki, selanjutnya 48 persen IKM produk kulit dan 3 persen IKM penyamakan kulit. Sedangkan, penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor, sebanyak 51 persen terserap di IKM alas kaki, disusul 46 persen di IKM produk dari kulit dan sisanya 3 persen di IKM penyamakan kulit," jelas dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, kemajuan IKM alas kaki secara langsung akan memajukan industri kreatif. Dan sebaliknya industri kreatif yang maju akan menjadikan sebuah kota atau suatu daerah berkembang menjadi sumber destinasi pariwisata.
"Diperkirakan, pertumbuhan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki pada 2016 sebesar 7,74 persen dan hingga Oktober 2016, ekspor produk alas kaki dari Indonesia mencapai US$ 3,7 miliar," kata dia.
Gati menyampaikan, program dan kebijakan pengembangan daya saing IKM alas kaki nasional, antara lain program pengenaan pajak ekspor bahan baku kulit dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku dalam negeri serta penguatan branding produk dalam negeri melalui sepatu Ekuator.
"Pada 2017, kami akan memacu awareness pasar terhadap branding sepatu Ekuator melalui pembuatan tipe baru dan peningkatan promosi," lanjut dia.
Kemenperin mencatat, dari sebaran industri kecil dan menengah alas kaki di seluruh Indonesia, sebanyak 49,62 persen di Jawa Barat dan 32,30 persen di Jawa Timur. "Konsentrasi di Jawa Barat berada di daerah Bogor, Bandung, dan Tasikmalaya, sedangkan untuk Jawa Timur di daerah Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto. Jombang dan Magetan," ujar Gati.