Rafi Yoeli, pendiri dan CEO Urban Aeronautics, berpose di samping prototipe mobil terbang tanpa awak, Cormorant, di Yavne, Israel, 22 Desember 2016. Pembuatan mobil terbang ini menghabiskan dana hingga senilai Rp 188 miliar. (REUTERS/Amir Cohen)
Pekerja sedang menyelesaikan perakitan prototipe mobil terbang tanpa awak, Cormorant, di bengkel Urban Aeronautics di Yavne, Israel, 22 Desember 2016. Setelah hampir 15 tahun, kini mobil terbang tersebut memasuki tahap penyempurnaan. (REUTERS/Amir Cohen)
Pekerja menyelesaikan perakitan prototipe mobil terbang tanpa awak, Cormorant, di bengkel Urban Aeronautics di Israel, 22 Desember 2016. Cormorant diharapkan dapat membawa beban hingga 500 kg dan melaju dengan kecepatan 185 km/jam. (REUTERS/Amir Cohen)
Pekerja sedang menyelesaikan perakitan prototipe mobil terbang tanpa awak, Cormorant, di bengkel Urban Aeronautics di Yavne, Israel, 22 Desember 2016. Pembuatan mobil terbang ini menghabiskan dana hingga mencapai sekitar Rp188 miliar. (REUTERS/Amir Cohen)
Detail prototipe mobil terbang tanpa awak, Cormorant, yang sedang dirakit di bengkel Urban Aeronautics di Yavne, Israel, 22 Desember 2016. Setelah hampir 15 tahun, kini mobil terbang tersebut memasuki tahap penyempurnaan. (REUTERS/Amir Cohen)
Bagian dari prototipe mobil terbang tanpa awak, Cormorant, di bengkel Urban Aeronautics di Yavne, Israel, 22 Desember 2016. Mobil terbang ini diharapkan dapat membawa beban hingga 500 kg dan melaju dengan kecepatan 185 km/jam. (REUTERS/Amir Cohen)