Produksi iPhone Buatan India Terancam Batal?

Otoritas India dilaporkan tak menerima konsensi Apple untuk membangun fasilitas manufaktur di negara tersebut

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 04 Jan 2017, 13:00 WIB
Apple. Dok: wired.com

Liputan6.com, India - Rencana Apple untuk memulai produksi iPhone di India pada awal tahun ini dikabarkan terancam batal. Informasi ini pertama kali diketahui dari salah seorang pegawai pemerintahan India beberapa waktu lalu.

Menurut sumber anonim, India tak mendukung permintaan konsensi Apple untuk memulai proses manufaktur di negara tersebut.

Dikutip dari Bloomberg, Rabu (4/1/2017), otoritas India memastikan tak akan memberi kemudahan peraturan untuk satu perusahaan saja, seperti Apple. Pernyataan ini seakan menjawab laporan beberapa bulan lalu yang menyebut bahwa Apple telah meminta permintaan tertulis pada otoritas setempat. 

Ketika itu, perusahaan yang berbasis di Cupertino ini diketahui berusaha mencari konsesi lebih lanjut termasuk bea impor dan cukai yang lebih rendah. Namun, belum ada tanggapan dari Apple mengenai kabar tersebut sampai saat ini. 

Sebagai informasi, Apple disebut akan mulai memproduksi iPhone di India pada Januari 2017. Bersama Foxconn, Apple disebut akan membangun fasilitas perakitan iPhone di negara tersebut. Wistron sebagai salah satu pemasok utama iPhone dikabarkan juga akan membangun pabrik perakitan di Peenya, kawasan industri yang terletak di wilayah Bengaluru.

Bahkan, Apple juga telah membuka lowongan kerja untuk fasilitas di negara tersebut. Ada dua posisi yang ditawarkan, yakni iPhone Operations Program Manager (OPM) dan New Product Introduction (NPI) Product Quality Manager.

Dengan dibangunnya pabrik perakitan di India, Apple berharap iPhone yang diproduksi di tempat itu dapat dijual dengan harga yang masuk akal dan terjangkau. Pada Mei 2016, penjajakan antara Foxconn dan pemerintah India dilaporkan telah mencapai titik temu.

Foxconn sendiri telah berhasil melakukan pencarian lahan dan sudah ada beberapa lokasi yang akan segera dipilih. Untuk itu, perusahaan diprediksi menggelontorkan uang sebanyak US$ 10 miliar.

(Dam/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya