Liputan6.com, Beijing: Abu vulkanik yang bertebaran di udara Eropa tidak hanya mempengaruhi jadwal penerbangan. Partikel yang dikeluarkan gunung berapi ini juga berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jika Anda menghirup udara yang mengandung partikel abu vulkanik hingga masuk ke paru-paru, maka akan timbul masalah pernapasan.
Karena itu WHO memperingatkan warga Eropa untuk tidak pergi ke luar jika abu dari gunung berapi Islandia mulai mengendap. WHO bahkan menyarankan kepada warga Eropa untuk memakai masker jika hendak berpergian ke luar rumah. "Kami sangat prihatin tentang hal itu," kata Daniel Epstein, juru bicara WHO. "Ketika Anda bernafas, partikel ini dapat mencapai daerah perifer paru-paru dan dapat menyebabkan masalah--terutama bagi penderita asma atau bermasalah dengan pernapasan."
Namun, beberapa ahli menyatakan, abu vulkanik sebenarnya tidak memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat. Abu vulkanik yang berasal dari tempat yang jauh, memiliki efek minimal bagi kesehatan. Para ahli itu mengatakan, abu vulkanik tidak lebih berbahaya dibanding dengan asap rokok dan polusi. "Abu vulkanik tidak semuanya berbahaya," kata Ken Donaldson, profesor toksikologi pernapasan di University of Edinburgh di Inggris.
"Begitu partikel vulkanik berada di stratosfer, partikel itu berkurang karena ada banyak udara dan partikel lainnya yang bertiup di sekitar." Dr. Stephen Spiro, profesor obat pernapasan dan Wakil Ketua British Lung Foundation mengatakan, seiring dengan perjalanan partikel, semakin berkurang kadarnya dan tidak begitu berbahaya.
Gletser gunung berapi di selatan Islandia, Eyjafjallajokull, telah menebarkan partikel basal mikroskopis di wilayah Eropa utara. Peristiwa ini jugamelumpuhkan penerbangan menuju maupun keluar Eropa.(Xinhua/YUS)
Karena itu WHO memperingatkan warga Eropa untuk tidak pergi ke luar jika abu dari gunung berapi Islandia mulai mengendap. WHO bahkan menyarankan kepada warga Eropa untuk memakai masker jika hendak berpergian ke luar rumah. "Kami sangat prihatin tentang hal itu," kata Daniel Epstein, juru bicara WHO. "Ketika Anda bernafas, partikel ini dapat mencapai daerah perifer paru-paru dan dapat menyebabkan masalah--terutama bagi penderita asma atau bermasalah dengan pernapasan."
Namun, beberapa ahli menyatakan, abu vulkanik sebenarnya tidak memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat. Abu vulkanik yang berasal dari tempat yang jauh, memiliki efek minimal bagi kesehatan. Para ahli itu mengatakan, abu vulkanik tidak lebih berbahaya dibanding dengan asap rokok dan polusi. "Abu vulkanik tidak semuanya berbahaya," kata Ken Donaldson, profesor toksikologi pernapasan di University of Edinburgh di Inggris.
"Begitu partikel vulkanik berada di stratosfer, partikel itu berkurang karena ada banyak udara dan partikel lainnya yang bertiup di sekitar." Dr. Stephen Spiro, profesor obat pernapasan dan Wakil Ketua British Lung Foundation mengatakan, seiring dengan perjalanan partikel, semakin berkurang kadarnya dan tidak begitu berbahaya.
Gletser gunung berapi di selatan Islandia, Eyjafjallajokull, telah menebarkan partikel basal mikroskopis di wilayah Eropa utara. Peristiwa ini jugamelumpuhkan penerbangan menuju maupun keluar Eropa.(Xinhua/YUS)