Liputan6.com, Yogyakarta - Sejumlah mahasiswa mewujudkan kemudahan dalam sistem irigasi perkebunan kelapa sawit berbasis teknologi. Alat pengairan otomatis itu dinamakan AiRi, karya tim Merapi Tani Instrument (Mertani) Indonesia.
Tim ini beranggotakan Andrianto Ansari, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Muhammad Ghufron Mustaqim, Fisipol UGM, serta beberapa alumni FTP, yakni Widagdo Purbowaskito, Yustafat Fawzi, dan Dualim Atma.
Inovasi untuk sistem irigasi perkebunan kelapa sawit dari Tim Mertani ini meraih juara pertama dalam kompetisi Agribiz Challenge pada akhir 2016. Meski masih berupa prototipe, alat ini menjanjikan sistem pengairan di kebun sawit menjadi lebih mudah di masa mendatang.
Andrianto mengatakan, AiRi telah diaplikasikan di beberapa tempat, salah satunya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara. Selain itu juga pernah diujicobakan di kebun tembakau PTPN X Klaten. Setelah pengembangan irigasi sistem tetes, AiRi akan diterapkan dengan sistem sprinkle.
"AiRi merupakan teknologi otomatisasi yang mengombinasikan hardware dan software yang bekerja secara real time dan diterapkan untuk irigasi pembibitan kelapa sawit,” ujar Andrianto di Yogyakarta, Rabu, 4 Januari 2017.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengungkapkan, alat yang telah dikembangkan sejak 2012 itu menjadi wujud keprihatinan terhadap sistem irigasi tradisional yang masih diterapkan banyak petani di Indonesia. Sebab, irigasi secara manual dinilai kurang efektif karena membutuhkan banyak tenaga dan waktu.
Di sini, pihaknya memberikan tawaran baru yang menggabungkan sistem tradisional dengan kecanggihan teknologi. Teknologi otomatisasi irigasi menggunakan sensor nutrisi, sensor lengas tanah, serta sensor iklim mikro berbasis jaringan nirkabel.
Melalui sensor-sensor itu maka dapat diketahui kondisi kelembaban tanah, nutrisi, dan iklim di area perkebunan. AiRi dilengkapi pula dengan panel surya sebagai sumber energi dalam pengoperasian sistem irigasi ini.
Mekanismenya, AiRi bekerja dengan mengalirkan air irigasi otomatis saat tanaman membutuhkan air melalui pendekatan titik layu. Lalu, pengairan akan berhenti otomatis saat tanah mencapai kapasitas lapang lewat pembacaan skor. "Dengan begitu sistem otomatisasi irigasi ini mampu menghemat penggunaan air," ujar Andrianto.