Liputan6.com, London - Manajer Chelsea, Antonio Conte, mengaku sempat kesulitan beradaptasi di pentas Liga Inggris. Mantan pelatih Juventus dan tim nasional Italia tersebut hanya bisa pasrah sehingga nyaris tergusur dari posisinya.
Conte dibuat pusing dengan transformasi skema permainan yang diterapkannya di tim The Blues. Seperti diketahui, di awal kariernya, Antonio Conte menerapkan formasi warisan manajer sebelumnya, yakni 4-2-3-1.
Baca Juga
Advertisement
Awalnya, skema ini berjalan mulus dan meraih tiga kemenangan beruntun di awal musim. Namun, perlahan strategi itu melempem. Chelsea pun ditahan imbang 2-2 oleh Swansea City, 11 September 2016 lalu.
Bahkan, pekan selanjutnya mereka harus bertekuk lutut dari Liverpool di hadapan pendukungnya sendiri. Hal ini diperparah setelah Antonio Conte bersama Chelsea digulung tiga gol tanpa balas oleh Arsenal.
Kala itu, isu pemecatan mencuat. Dia kabarnya bakal jadi korban 'hobi' memecat pelatih The Blues. Namun, Conte putar otak dan merombak total permainan Chelsea.
Ya, sejak melawan Hull City 1 Oktober lalu, manajer Italia itu beranikan diri bermain dengan skema 3-4-3. Perlahan tapi pasti, dia akhirnya membawa The Blues sampai saat ini tak tersentuh kekalahan.
"Secara umum, ketika Anda mencoba peruntungan di negara lain, Anda harus membawa filosofi Anda. Tak mudah, dan sangat penting untuk menjelaskan keinginan Anda dengan pemain. Mencoba memberi pengertian dan penjelasan soal metode Anda di sini sulit," kata Conte dikutip dari One Football.
Beradaptasi di Liga Inggris memang cukup sulit. Tengok saja Pep Guardiola bersama Manchester City.
Betapa tidak, setelah menangani Barcelona dan Bayern Muenchen, Guardiola selalu membawa timnya di nomor satu usai tahun baru. Akan tetapi, bersama City, dia kini malah sebaliknya. The Citizens sekarang harus berusaha kuat untuk menjaga posisi empat besar.
"Jika Anda berpikir ingin mengubah sesuatu, ubahlah dengan segera. Itu penting, karena Anda harus segera berkonsentrasi dengan hal baru. Percaya dengan metode dan ide Anda sendiri," ujar Conte mengakhiri.
I. Eka Setiawan
